fbpx

Pemikiran Sigmund Freud hadir pada masa revolusi industri dan psikologi. Ia berada dalam jajaran Yahudi Eropa yang merubah dunia ilmu pengetahuan dengan penetapan metode psikoanalisis beserta perangkat pendukungnya. Sebagai Herr Doctor di University of Vienna ia memperkenalkan metode penyembuhan psikis lewat proses dialog yang menjadi terobosan kemanusiaan melawan kekerasan proses pengobatan psikopatologi. Para murid berusaha mengkritik metodenya tapi kerap gagal karena Freud menganggap teorinya hanya masih “di luar kesadaran” mereka.

Freud mengibaratkan kesadaran sebagai gunung es yang terbagi tiga bagian ialah sadar, pra-sadar dan nir-sadar. Sadar memiliki porsi terkecil karena merupakan hasil proses fokus nalar. Pra-sadar memiliki porsi medium yang diketahui tapi tidak lagi menjadi fokus dalam kesadaran sehingga terpinggirkan dan dapat muncul pada mimpi atau lamunan. Sedang nirsadar memiliki porsi terbesar dimana semua ingatan maupun impuls sejak manusia lahir tersimpan. Ketiga bagian ini diatur oleh id saat pewarisan, ego pada proses pengenalan, dan superego pada proses penyaringan. Namun nir-sadar sebagai dasar gunung es merupakan lokus di mana manusia menyimpan semua trauma dan insting lahiriah hingga menjadi sumber potensi utama motif manusia.

Revolusi industri menyeret gejolak kelas hingga gelombang kemarahan mulai mengguncang status quo. Sebagian monarki Eropa perlahan runtuh pasca PD I oleh perlawanan kaum intelektual dan pekerja. Kejahatan perang dan despotisme menjadi impuls masyarakat karena ingatan yang tersimpan dalam struktur bawah sadar. Puncak kesadaran atas ketertindasan mencair saat superego massa diarahkan kaum revolusioner hingga benih republik tumbuh. Pada tahap ini kesadaran digerakkan oleh intelektualitas yang bertahan sesaat selama penindasan. Setelah bunga api revolusi terakhir padam, keresahan nir-sadar massa hadir lagi dalam chaos seperti perubahan drastis aliran seni rupa hingga genosida Nazi dan rezim Stalin. Hilangnya kontrol superego oleh para intelektual-revolusioner saat itu mengembalikan impuls massa yang sejenak direpresi pada nir-sadar hingga merepetisi penindasan serta kekacauan.

Pendiri LSF Discourse dan saat ini menjadi penasihat lembaga. Pimpinan Redaksi lsfdiscourse.org dan penerbit Discourse Book. Mengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content