fbpx

Dalam percakapan menyerupai monolog, Platon dan Glaucon mencoba mencari makna dari proses “menjadi” dan hubungan pengetahuan di dalam manusia. Epistemologi manusia dimajaskan Platon seperti komunitas manusia yang sejak dini tumbuh di dalam gua. Kehidupan mereka terasing dari cahaya dan hanya percaya pantulan dari luar gua. Sampai suatu saat, seorang dari mereka memberanikan diri keluar. Dengan mata tersakiti paparan sinar, perlahan ia menyesuaikan diri hingga mulai mampu melihat. Mengenal ranting pohon, bunga, dan hewan yang selama ini hanya diketahuinya lewat pantulan di dalam gua.

Alegori ini menggambarkan kemampuan manusia menyerap indera dan pengolahannya dalam nalar. Proses empirisme diafirmasi oleh Immanuel Kant, di mana pengalaman merupakan salah satu inisiator dalam memperoleh pengetahuan. Seperti manusia yang keluar gua, manusia “menjadi” adalah ia yang berjalan mencari asal-usul dari hal yang diketahui sebelumnya, baik lewat rasio murni, pengalaman, bahkan wahyu. Sementara dorongan manusia keluar dari kegelapan adalah yang menurut Platon merupakan pendakian jiwa menuju dunia intelektual. Dorongan yang muncul saat jiwa manusia merindukan ide akan sumber cahaya, melebihi keredupan yang meliputinya. Kebangkitan dalam alegori ini dapat terjadi hanya jika jiwa merasa diterangi dan ingin mencari sinar lebih.

Naas adalah saat manusia yang telah keluar gua memutuskan kembali ke dalam. Meski rela kembali terliput kegelapan demi berbagi pengetahuan yang diperolehnya di bawah sinar komunitas gua menolaknya. Mereka merendahkan dan menganiaya. Alegori ini nyata di akhir hidup Sokrates yang dieksekusi para Dikas, sebagaimana para ilmuwan masa Aufklarung seperti Galileo Galilei dan Johannes Kepler menerima persekusi gereja. Manusia membutuhkan pencerahan tapi lebih kerap gagal melihat cahaya itu sendiri. Kegelapan membius manusia untuk beristirahat dalam ketidaktahuan, sebuah indikasi bahwa manusia memiliki potensi ganda: merindukan pencerahan, tapi lebih bertindak instingtif dan nyaman dalam gelombang keterasingan.

Pendiri LSF Discourse dan saat ini menjadi penasihat lembaga. Pimpinan Redaksi lsfdiscourse.org dan penerbit Discourse Book. Mengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content