fbpx

Huang Ho mengaliri tanah-sumur rakyat Tiongkok yang disusuri oleh sepasang sahabat, Zhuangzi dan Huizi. Percakapan mereka menjadi salah satu bagian dari Anekdot Banjir Musim Semi yang menggambarkan ajaran etika, epistemologi dan spiritualisme Cina. Salah satu perumpamaan logis yang tercatat dalam anekdot tersebut adalah mengenai kebahagiaan ikan. Ketika melihat ikan berenang melompat-lompat, Zhuangzi berpendapat bahwa ikan tersebut bahagia hidup di sungai. Huizi kemudian mempertanyakan cara Zhuangzi mengetahui kebahagiaan ikan apabila ia bukan ikan. Zhuangzi membalas dengan pertanyaan mengenai cara Huizi bisa tahu bahwa Zhuangzi tidak tahu tentang kebahagiaan ikan, sementara Huizi bukan dirinya.

Percakapan berlanjut. Huizi menjawab bahwa ketika ia mengetahui perasaan Zhuangzi, hal tersebut senada dengan cara Zhuangzi mengetahui perasaan ikan. Jawaban logis Huizi menunjukkan adanya penerima atas hubungan ikan bukan Zhuangzi dan Zhuangzi bukan dirinya sehingga proposisi tersebut membuktikan bahwa kebahagiaan ikan dan pengetahuan Huizi tidak hanya didapat melalui pengamatan inderawi semata. Di dalam konsep kebahagiaan dan konsep pengetahuan terdapat ide bawaan mengenai apa itu bahagia dan apa itu mengetahui. Bahagia dalam anekdot ini menjadi objek pengetahuan yang didapat dari asumsi inderawi ditambah dengan ide bawaan Zhuangzi mengenai kebahagiaan.

Selanjutnya asumsi mengenai kebahagiaan ikan juga didapat melalui resonansi kebahagiaan. Terdapat ungkapan universal semisal sedih, bahagia, sakit ataupun marah yang dikenal sebagai tanda dan simbol untuk kemudian diterjemahkan menjadi konsepsi tertentu hingga mempengaruhi subjek penahu. Ibarat gelombang air sungai, pengetahuan dapat dengan mudah mengalir dari subjek ke subjek lainnya serta membasahi keduanya. Dengan kata lain, resonansi memungkinkan disepakatinya kesamaan nilai atas suatu hal (common sense) sehingga membentuk getaran universal yang diperkenalkan oleh agama melalui konsep kebahagiaan surga Samawi atau Sanyasin Hindu. Percakapan Zhuangzi dan Huizi di tepi Huang Ho 24 abad lalu menggambarkan kekekalan daya tangkap manusia atas berbagai ungkapan dan simbol yang terekam dalam kebahagiaan ikan.

Pendiri LSF Discourse dan saat ini menjadi penasihat lembaga. Pimpinan Redaksi lsfdiscourse.org dan penerbit Discourse Book. Mengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content