fbpx

Kesadaran Internalisasi Hidden Curriculum oleh Guru Kontemporer

Dampak negatif internet melalui Simulacra terhadap pendidikan: pentingnya kesadaran akan hidden curriculum.
Teacher's Birthday karya Norman Rockwell
Teacher's Birthday karya Norman Rockwell

Konsep Simulacra yang dicetuskan Baudrillard dirasa telah merangsek ke segala aspek kehidupan manusia kontemporer, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah peran pendidikan selalu memiliki posisi strategis dalam membentuk manusia yang mampu mengorientasikan nilai atau melihat perubahan kondisi gejala sosial yang tengah terjadi dalam masyarakat, agar tidak terjerembab dalam jurang demoralisasi.  

Dalam perjalanan panjang sejarah pemikiran manusia, selalu dituntut untuk mencari titik terang harapan dan jawaban. Perjalanan pemikiran dimulai dari basis pemikiran kosmosentris Socrates, Plato, Aristoteles, memasuki Middle Age yang berbasis Teosentris, hingga memasuki Abad Pencerahan (Aufklärung) atau babak rasionalitas yang dipioniri oleh Rene Descartes (Father of Modern Philosophy). Hasil dari pemikiran manusia tersebut melahirkan berbagai pandangan yang berorientasi dalam menyikapi fenomena permasalahan yang muncul di setiap masanya, meski terkadang saling bertolak belakang antara teori satu dengan yang lainnya.

Penulis ingin menguraikan sedikit hasil dari salah satu pemikiran yang melahirkan fenomena revolusi industri, meski sangat memberikan dampak positif pada manusia hingga sampai saat ini, tetapi penulis ingin mencermati dampak negatif dari hasil teknologi yang diciptakan revolusi industri, salah satunya internet. Perjalanan dalam rangkaian revolusi industri melahirkan salah satu teknologi berbasis internet, yang sebetulnya sudah mulai dikembangkan sejak tahun 60-an. Teknologi internet sendiri membawa dampak positif dan dampak negatif bagi kehidupan manusia. Apabila kita perhatikan sampai saat ini ruang internet bukan lagi sebagai suatu media yang membantu meringankan pekerjaan manusia, tetapi telah menjadi bagian dari manusia itu sendiri. Dampak positif pada internet dapat kita amati dengan jelas seperti memudahkan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Untuk berinteraksi secara langsung dan mengirim satu pesan tertentu dari berbagai belahan dunia mana pun tidak perlu menunggu waktu sampai berhari-hari. Contoh lain adalah dalam bidang kesehatan. Untuk mengetahui penyakit dari gejala yang kita rasakan dalam tubuh, atau mencari tau cara mengobati luka luar, semua sudah tersedia dalam ruang internet dalam satu klik saja.

Tetapi ruang internet juga membawa dampak negatif bagi keberlangsungan hidup manusia, salah satunya memunculkan realitas baru di atas realitas sesungguhnya, di mana konsep realitas ini diistilahkan sebagai Simulacra atau Simulakrum.

Istilah Simulacra ini diutarakan pertama kali oleh Jean Baudrillard. Simulacra adalah sebuah ruang imitasi yang membuat manusia mengalami disorientasi dalam menghadapi dua realita sekaligus, realitas sesungguhnya dan realitas simulakra atau simulasi. Ruang simulakra ini dibangun di atas fondasi imitasi atau citra tiruan dari yang sudah ada, yang kemudian diduplikasi ulang menyerupai wujud atau bentuk dari yang asli. Proses ruang simulakra ini berlangsung di dalam arena sosial masyarakat (Ane, 2023).

Disorientasi yang diakibatkan keberadaan ruang simulakra semakin mencarut-marutkan tatanan kehidupan manusia, mendistraksi manusia itu sendiri dalam menjalankan dua realitas. Selanjutnya, hal ini mengaburkan pandangan manusia dalam memandang nilai esensial guna menjalankan kehidupan bermasyarakat sesungguhnya.

Simulakra dan Dunia Pendidikan

Tidak menutup kemungkinan, dampak negatif simulakra juga berpengaruh pada kualitas pendidikan di Indonesia. Apabila konsep simulakra ini tidak disadari oleh pendidik pada masa sekarang, maka dapat menjauhkan pendidik itu sendiri dalam menginternalisasi hidden curriculum di sekolah.

Konsep hidden curriculum pertama kali digunakan oleh seorang sosiolog bernama Philip Jackson di tahun 1968, di mana dia berpendapat bahwa seorang anak mendapatkan lebih banyak dari total kurikulum yang direncanakan. Konsep kata lebih banyak ini bermaksud seorang anak mendapat nilai-nilai lebih melalui proses kehidupan atau interaksi yang dijalankan oleh siswa sendiri dalam lingkungan sekolah. Proses interaksi tersebut dapat berupa melihat figure yang baik pada seorang guru, kepribadian sopan santun, belajar dalam mendisiplinkan diri, menunggu sesuatu dengan tenang, dan membiasakan kerapian, yang tidak diutarakan secara eksplisit atau tertulis pada kurikulum yang direncanakan seorang guru. Konsep hidden curriculum ini sejalan dengan falsafah pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yang menjelaskan tujuan pendidikan antara lain hanya untuk menginternalisasi nilai-nilai kebudayaan ke pribadi siswa melalui proses pembelajaran secara kontinu, guna menghaluskan budi pekerti para siswa. Nilai-nilai kebudayaan yang diinternalisasi siswa tentu adalah nilai kebudayaan yang memiliki kejelasan dan tahan lama, nilai yang telah memberikan kestabilan dan mempunyai tata yang jelas.

Konsep hidden curriculum meyakini bahwa sekolah dalam konteks holistik menjadi medan langsung bagi peserta didik belajar dalam membentuk mental dan sikap agar dapat hidup harmonis pada masyarakat, dimulai dari proses dinamika yang saling bergesekan dan berbagai macam variasi dinamikanya, memberi pengalaman langsung kepada peserta didik untuk terus berefleksi membentuk pribadi yang utuh dengan budi pekerti yang baik.

Di tengah arena ruang simulacra, seorang pendidik kontemporer atau dimasa yang akan datang harus memiliki kesadaran dalam memilah dan selektif terhadap nilai yang sedang menjamur dan berkembang pada ruang simulakra. Mengetahui nilai esensial kebudayaan Bangsa Indonesia merupakan keharusan bagi pendidik kontemporer. Hal ini dikarenakan pada dasarnya kebudayaan selalu memiliki data empiris dalam menjaga kestabilan bangsa dan tata nilai yang jelas sebagai pedoman dalam berkewarganegaraan. Seperti halnya contoh pada tradisi kupatan jawa yang memaknakan kerendahan diri untuk meminta maaf dan saling memaafkan pada hari raya idul fitri, begitupun pada kesenian tari bedoyo yang mengandung makna rasa kebatinan, kesucian, dan keindahan (Suparlan, 2015), dan masih banyak lagi nilai yang dapat dikontekstualkan dari kebudayaan yang ada.

Seorang pendidik tidak hanya sekedar mesin teknis-mekanis yang hanya menjalankan pekerjaan sesuai dengan apa yang dirancang dalam draft pembelajaran pada kurikulum, silabus, RPP, dll. Seorang pendidik wajib untuk terus mengembangkan diri menjadi figure yang baik, memiliki budi pekerti serta moral agar dapat dicontoh oleh peserta didik. Pendidik kontemporer harus peka dan sadar akan ancaman- ancaman dari beragam distraksi, khususnya ruang simulacra.

Pemberdayaan area hidden curriculum memberi batasan yang tegas kepada peserta didik mengenai bagaimana berperilaku yang baik serta terus mewariskan kebudayaan positif yang telah lama dipertahankan. Kemampuan orientasi bagi guru di era kontemporer sangat dibutuhkan, agar tidak keliru dan larut dalam dunia yang tidak seharusnya dijalankan (imitasi). Selain itu, tenaga pendidik juga harus memahami kembali kebudayaan bangsa, agar dapat memberi penghayatan atau proses penginternalisasian kepada peserta didik dalam memupuk militansi keberagaman, menghargai suatu proses, dan merefleksi untuk memberi makna kepada peserta didik atas proses yang telah dilalui. 

Hidden curriculum adalah suatu konsep kurikulum yang tidak uraikan secara eksplisit oleh pendidik di dalam kelas. Kesadaran adanya konsep hidden curriculum wajib diketahui oleh pendidik kontemporer, untuk mengetahui lebih dalam pada keluasan ruang mendidik secara holistik demi terus memberikan insight lebih pada peserta didik. Pendidik kontemporer juga harus tegas dalam memberi batasan-batasan, dan peka dalam melihat beragam nilai simpang siur yang mungkin dapat dikonsumsi secara bebas dan mentah oleh peserta didik.

Selain itu, mengenai manfaat ke dalam bagi individu pendidik, makna esensial konsep hidden curriculum dapat menjauhi seorang pendidik dari munculnya sifat kepentingan pribadi dan pragmatis, untuk tetap meneguhkan garis lurus niat seorang pendidik, yaitu mendidik.

Referensi

Ane, D. (2023). Jean Baudrillard: Simulakra dan Hiperrealitas Masyarakat Postmodern. Retrieved from LSF Discourse: https://lsfdiscourse.org/jean-baudrillard-simulakra-dan-hiperrealitas-masyarakat-postmodern

Fauzi, M. (2019). Kolaborasi Hidden Curriculum Dalam Penguatan Pendidikan Karakter Lingkungan Sekolah. STIT Al-Ibrohimy Bangkalan.

Suparlan, H. (2015). Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal UGM. Yogyakarta.

Dhimas Qodhlizaka

Mahasiswa dari jurusan Pendidikan Khusus (Pkh) Universitas Negeri Jakarta

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content