fbpx

Rekonstruksi Epistemologi Ilmu Pengetahuan

Mohamad Anas menawarkan lagi sebuah cara para filsuf dalam menikmati dunia: berdialog dan mengkritisi dalam bingkai rasionalitas
Rekonstruksi Epistemologi Ilmu Pengetahuan

Judul: Rekonstruksi Epistemologi Ilmu Pengetahuan: Analisis Kritis-Dialogis Jurgen Habermas dan M. Abid Al-Jabiri
Penulis: Mohamad Anas
Penerbit: UB Press

Buku ini merupakan sebuah karya dari Mohamad Anas yang pada dasarnya melestarikan lagi sebuah tradisi dialog dalam khazanah Filsafat. Dialog ini tampaknya tidak hanya dinikmati sebagai sebuah perbincangan antar pikiran, melainkan juga dibumbui dengan kritik ilmiah yang dalam. Buku ini sangat patut diapresiasi karena tradisi dialog gagasan tampaknya tidak familiar dalam kehidupan berbangsa di Indonesia saat ini. Lewat buku ini, Mohamad Anas menawarkan lagi sebuah cara para filsuf dalam menikmati dunia: berdialog dan mengkritisi dalam bingkai rasionalitas.

Buku Rekonstruksi Epistemologi Ilmu Pengetahuan (Analisis Kritis-Dialogis Jurgen Habermas dan M. Abid Al-Jabiri) ini mencoba menguak dasar-dasar konstruksi pengetahuan manusia. Perspektif yang digunakan adalah perspektif epistemologis. Lewat catatan tentang gagasan Al-Jabiri, Mohamad Anas menunjukkan kritik Al-Jabiri atas nalar Bayani dan Irfani. Kritik ini sebenarnya merupakan “protes” Al-Jabiri atas nalar dogmatis yang membayangi rasionalitas masyarakat Arab. Dogmatisme dalam rasionalitas, menurut Al-Jabiri, akan membelenggu kemampuan akal budi manusia dalam menemukan kebenaran. Untuk itu, Al-Jabiri kemudian mengusung nalar Burhani sebagai anti-tesis atas nalar Bayani dan Irfani.

Di sisi lain, buku ini menunjukkan gagasan Habermas yang mengkritisi positivisme pengetahuan. Positivisme merupakan paham turunan dari empirisme (namun lebih ekstrem) yang menempatkan kebenaran sejauh sesuai dengan data-data. Manusia tidak memiliki peran sama sekali dalam merumuskan kebenaran karena kebenaran pengetahuan sudah ada di dalam data. Habermas menawarkan sebuah rasionalitas demokratis-deliberatif yang menempatkan diskursus sebagai “senjata” utama. Diskursus ini akan berujung pada sebuah konsensus. Singkatnya Habermas melalui rasionalitas demokratis-deliberatif mengajak masyarakat untuk mengembangkan nalar kritis.

Setelah membaca buku ini, ada dua hal yang penting untuk dipahami. Pertama, buku ini adalah BUKU BERAT. Berat di sini tidak dipahami dalam satuan gram, namun dari sisi bobot kualitas dan diksi. Para pembaca pertama-tama memang harus memiliki dasar Filsafat terlebih dahulu sehingga dapat memahami diksi di buku ini dengan baik. Kualitas buku ini juga berat karena gagasan-gagasan filosofis yang dibangun di dalamnya disusun dengan komprehensif.

Kedua, buku ini adalah BUKU KERAS. Keras di sini berarti bahwa buku ini secara terang akan mengkritik cara berpikir beberapa kalangan yang masih hidup dalam nalar Bayani dan Irfani. Buku ini juga “menelanjangi” kaum positivis yang mengagung-agungkan kebenaran data sembari melupakan kemanusiaan dan etika dalam tata hidup bersama. Bagi mereka yang tidak berpikiran terbuka, buku ini tentu akan dimengerti sebagai sebuah “serangan besar” terhadap cara hidup kalangan tertentu.

Pada akhirnya, buku ini merupakan bacaan wajib bagi mereka yang tertarik untuk memahami cara nalar menemukan kebenaran. Mohamad Anas pada dasarnya hanya menyajikan Al-Jabiri dan Habermas sebagai “bahan mentah” bagi Pembaca. Selanjutnya, para Pembaca diberi kebebasan untuk memaknai teks dalam buku ini sesuai dengan cara kerja nalarnya masing-masing. Semoga lewat buku ini semakin banyak orang yang tidak ragu untuk mendialogkan dan mengkritisi gagasannya secara rasional sehingga iklim ilmiah tercipta di Indonesia.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content