fbpx

Sungai dari Eden

Buku ini menjelaskan teori Evolusi melalui pewarisan gen dari generasi ke generasi yang diibaratkan sungai dari surga atau taman Eden. Sungai dalam judul buku ini adalah sungai DNA, dan sungai itu mengalir melalui waktu, bukan ruang.
Richard Dawkins

Kehidupan manusia telah mengalir beribu-tibu tahun lamanya. Jejak-jejak peradaban bagaikan lentera sejarah yang selalu menerangi rasa penasaran akan asal-usul manusia. Dalam ajaran agama sudah diperlihatkan jelas kisah Adam dan Hawa sebagai nenek moyang manusia. Selain itu juga ada kisah yang berkembang dari beberapa peradaban kuno, misalnya di bangsa Sumeria ada Marduk dan Gilgamesh, di bangsa Yunani ada Zeus dan para dewa lain, di bangsa Nordik ada Valhalla. Para kreasionisme mungkin percaya dengan kisah-kisah di atas. Namun ilmu pengetahuan mulai berjalan di sisi yang berbeda. Charles Darwin membawa cabang baru teori penciptaan yakni Evolusi. Sudah sekitar dua abad teori ini terus berkembang menjadi salah satu kekuatan yang menyingkirkan mitos asal-usul dunia.

Richard Dawkins, seorang ahli etologi dan biologi evolusioner, dalam bukunya yang berjudul River Out of Eden atau Sungai dari Eden menjelaskan sebuah alur panjang bagaimana kehidupan terbentuk yang digambarkan seperti sebuah sungai yang membawa ratusan gen. Buku ini menjelaskan teori Evolusi melalui pewarisan gen dari generasi ke generasi yang diibaratkan sungai dari surga atau taman Eden. Sungai dalam judul buku ini adalah sungai DNA, dan sungai itu mengalir melalui waktu, bukan ruang. Sungai ini terdiri atas informasi, bukan tulang dan daging.  Informasi atau gen itu melewati tubuh dan memengaruhinya, tetapi tidak dipengaruhi oleh tubuh itu saat melewatinya.

Dawkins menggunakan metafora sungai gen, tetapi fenomena itu juga dapat disebut sebagai segerombolan gen yang berjalan bersama melalui waktu berskala geologis. Gen bertahan dari generasi ke generasi jika mereka pintar membangun tubuh yang pintar hidup dan bereproduksi menurut gaya hidup yang dipilih spesies itu.  Gen yang kuatlah yang akhirnya bertahan hidup dari seleksi ini.

Gen yang bertahan hidup dalam sungai adalah gen yang pintar bertahan hidup dalam lingkungan rata-rata spesiesnya, dan barangkali aspek terpenting dari lingkungan rata-rata ini adalah gen yang lain dalam spesies yang sama; gen yang lain yang kemungkinan besar akan berada di tubuh yang sama; gen yang lain yang berenang melalui waktu berskala geologis dalam sungai yang sama

Sekarang ada sekitar 30 juta cabang sungai DNA, itulah perkiraan jumlah spesies di bumi. Menurut perkiraan itu, pernah ada sekitar tiga miliar cabang sungai DNA. Tiga puluh juta cabang sungai yang ada sekarang saling terpisah dan tidak dapat disatukan lagi. Banyak yang ditakdirkan untuk meranggas dan mati, karena kebanyakan spesies akhirnya punah. Jika kita menelusuri 30 juta sungai ini maka kita akan menemukan satu cabang yang diyakini sebagai nenek moyang antara beberapa hewan, misalkan saja nenek moyang dari bangsa kucing sebelum berpisah menjadi cabang sungai baru.

Sungai gen ini juga bisa disebut sungai digital, karena mengandung banyak informasi gen. Gen itu sendiri, di dalam struktur internalnya, merupakan deretan panjang informasi digital murni. Sistem genetik kita, yakni, sistem universal segala kehidupan di planet ini adalah murni
digital. Gen adalah informasi murni – informasi yang dapat dikodekan, dikodekan ulang, dan dibaca kembali tanpa degradasi atau perubahan makna.

Mungkin kita bertanya-tanya di mana hulu sungai gen ini? Kita tidak tahu pasti jawabannya tetapi Dawkins menggunakan sebuah teori ilmiah mengenai silsilah manusia yaitu “Hawa Afrika”. Hawa Afrika terkadang disebut Hawa Mitokondrial. Mitokondria adalah benda kecil berbentuk belah ketupat yang berkerumun dalam jumlah ribuan dalam setiap sel kita. Para genealog terdahulu telah melakukan sebuah penelitian yang akhirnya berkesmipulan kalau gen awal yang paling kuat berasal dari Afrika. Menurut Dawkins, berasal dari Afrika atau daerah lain tidak terlalu dipermasalahkan, yang terpenting dari itu adalah hawa mitokondrial merupakan leluhur manusia modern. 

Teori evolusi ini memang sangat menarik, bagaimana tidak? Sebuah proses kehidupan mampu dijelaskan dengan demikian epik. Seakan-akan perancangnya telah membuat sesuatu sesuai dengan utilitasnya. Contohnya seperti hubungan tawon dan anggrek, proses penyerbukan terjadi karena bunga mengeluarkan feromon, semacam bau-bauan yang dikeluarkan tawon betina untuk menarik perhatian tawon jantan. Tanpa itu tawon jantan tidak akan menyinggahi bunga untuk membantu penyerbukan karena mengira sang bunga adalah pasangannya. Ini mungkin bukanlah kebetulan saja, ada proses panjang di belakangnya.

Bunga sebelumnya tidak memiliki feromon. Namun ada bunga yang bermutasi memiliki feromon sehingga bunga yang sebelumnya yang tidak memiliki feromon akan terseleksi oleh bunga yang memiliki feromon. Hal ini merupakan salah satu proses sederhana sistem seleksi alam. Tidak hanya bunga dan tawon, makhluk-makhluk di alam ini akan selalu mengikuti proses evolusi karena itu memang sudah tuntutan dari alam. Ketika proses itu berlangsung gen mereka akan diwariskan pada generasi baru yang akhirnya menimbulkan cabang sungai DNA yang baru.

Teori evolusi menghasilkan sebuah proses panjang kehidupan ini, panjang bak sungai-sungai yang ada di dunia ini. Dawkins menjelaskannya secara kronologis yang dimulai dari Tingkatan 1, yaitu Replikator. Kemunculan semacam sistem yang mereplikasi-diri yang minimal memiliki bentuk variasi hereditas dasar, dengan kekeliruan penyalinan acak sesekali. Kemudian Tingkatan 2 yaitu Karakteristik. Ini adalah suatu ciri khas yang membedakan satu gen dengan gen lainnya setelah bereplikasi.

Berikutnya Tingkatan 3 yaitu, tim replikator. Tidak ada gen yang bisa bekerja dengan sendirinya. Gen akan membentuk suatu sel untuk membantu replikasi diri. Selanjutnya adalah Tingkatan 4, organisme bersel banyak. Sel-sel sendiri berkembang biak dengan membelah-diri, lalu masing-masing bagian tumbuh hingga besar lagi sehingga membentuk sebuah organisme yang kompleks, yang saling bersaing dengan kelompok sel lainnya. Akan terbentuk sebuah kolon-koloni sel yang akan terspesialisasi melakukan satu fungsi saja.

Sel tadi yang telah terspesialisasi membentuk Tingkatan 5 disebut, Pemrosesan Informasi Kecepatan Tinggi. Tingkatan ini dicapai oleh sejenis sel istimewa yang disebut neuron, atau sel saraf, dan secara lokal kita dapat menyebut ambang ini sebagai Ambang Sistem Saraf. Setelah mampu merasakan gejala lingkungan akhirnya sampa pada Tingkatan 6 yaitu, Kesadaran. Beberapa filsuf percaya bahwa kesadaran terkait erat dengan bahasa, yang sepertinya hanya dicapai sekali, oleh spesies kera berkaki dua itu, Homo sapiens.

Tercapailah Tingkatan 7 yaitu Bahasa. Bahasa, dari sudut pandang ini, adalah sistem jaringan yang digunakan otak untuk bertukar informasi. Bahasa juga bisa dikatakan sebagai repilkator kebudayaan. Budaya-budaya baru yang telah bereplikasi terbentuk, sehingga manusia dapat saling berkerjasama di dalamnya. Pada taraf ini masayarakat sudah mencapai Tingkatan 8,teknologi kooperatif. Individu saling bekerjasama dan membentuk suatu masyarakat yang selalu bersaing.

Masyarakat telah terbentuk sempurna, namun ilmu pengetahuan masih belum tercapai seutuhnya. Kehausan masyarakat akan ilmu pengetahuan membentuk Tingkatan 9, radio. Radio disini adalah kemampuan manusia untuk memancarkan gelombang radio untuk bertukar informasi dari luar planet kita. Ketika hal ini sudah tercapai maka peradaban manusia sudah mencapai taraf yang lebih tinggi. Ini mungkin mengingatkan kita dengan Skala Kardashev yang menjelaskan tentang 3 tingkatan peradaban alam semesta. Manusia sudah mencapai taraf yang tinggi, yang mengakibtkan tercapainya tingkatan terakhir yaitu Tingkatan 10,perjalanan luar angkasa. Biasanya ini hanya karangan fiksi ilmiah dalam film atau game saja. Namun hal ini bisa saja terjadi mengingat manusia masih berkembang.        

Sudah delapan tingkatan manusia capai, tersisa tinggal dua lagi. Perjalanan yang sangat jauh yang dimulai dari gen-gen kecil yang membentuk kodon dan akhirnya berplikasi hingga jutaan bahkan milyaran tahun. Sebuah kebetulan atau takdir kita tidak dapat memastikannya. Setiap manusia memiliki keyakinannya masing-masing, hal pasti yang perlu dipercaya adalah ini sebuah keajaiban alam semesta.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content