Kesederhanaan Sumber Kebahagiaan menurut Aristoteles

The Return of the Flock karya Charles Sprague Pearce

Bahagia, demikian kata ini menjadi tujuan setiap peziarahan manusia. Sebab tidak ada satupun manusia yang tidak merindukan kebahagiaan. Aristoteles menuliskan buku Nicomachean Ethics, sebuah buku monumental tentang etika, dan meletakkan tema bahagia pada bab terakhir. Artinya, bahagia adalah tujuan dari etika itu sendiri, tujuan dari perbuatan manusia (Riyanto, 2013). Setiap orang pasti memiliki makna yang berbeda-beda mengenai apa itu bahagia. Ada orang yang mengartikan bahagia itu sama dengan gembira. Kemudian ada juga yang berpendapat bahwa bahagia sama dengan kesenangan yang dirasakan. Namun ada yang beranggapan bahwa bahagia merupakan situasi di mana seseorang menemukan momen kepuasan dalam hidupnya, sehingga hal tersebut diungkapkan dalam reaksi emosi yang penuh dengan kegairahan.

Ada juga yang berpendapat bahwa bahagia itu adalah keberhasilan, karena ketika seseorang berhasil mendapatkan apa yang diinginkan dan apa yang dicita-citakannya, di situlah seseorang tersebut akan merasa bahagia. Apalagi keberhasilan tersebut didapatkan dari hasil kerja keras dan mendapat dukungan dari keluarga maupun kerabat, maka rasa bahagia itu akan semakin bertambah. Namun arti bahagia yang seperti itu tidak berfokus terhadap orang lain ataupun fokus pada situasi tertentu. Akan tetapi definisi bahagia yang diungkapkan tersebut tidak dapat disalahkan, karena masing-masing orang dapat merasakan dan menemukan kebahagiaannya sendiri. Mungkin ada orang bahagia ketika ia berkumpul bersama teman, sanak saudara dan orang terdekatnya, mungkin juga ada orang bahagia ketika mengalami momen yang paling indah dalam hidupnya. Tentu saja semuanya itu dapat terjadi tergantung pada setiap pribadi yang melakukan dan merasakannya.

Untuk mendapatkan kebahagiaan hidup diperlukan suatu usaha. Ada orang yang mudah meraihnya tanpa melalui usaha keras, tetapi ada orang yang harus berusaha keras agar bisa meraihnya. Ada juga orang yang telah berjuang namun tidak dapat merasakan apa itu kebahagiaan. Banyak orang tidak mampu mencerna apa yang dialami dan tidak mampu beradaptasi dengan keadaan yang dihadapinya. Mereka membiarkan dirinya terbelenggu dengan keadaan yang dihadapinya tanpa mampu membandingkan dengan lingkungan dan belajar dari pengalaman orang lain dan pengalamannya sendiri (Suryani & Lesmana, 2008). Kebahagiaan menjadi tujuan hidup yang harus dipenuhi dan diperjuangkan oleh setiap orang, karena setiap orang didunia ini berhak memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut diperlukan sikap sederhana. Dengan adanya sikap sederhana orang akan merasa lebih cukup dan bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

Kesederhanaan adalah bagaimana cara seseorang menjalani hidup dengan pola pikir yang sederhana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebahagiaan berarti bersahaja, tidak berlebih-lebihan. Maka, seseorang dapat dikatakan sederhana apabila ia mampu bersikap biasa-biasa saja tidak berlebihan meskipun ia sudah memiliki segalanya dan tidak merasa lebih tinggi dengan apa yang dia punya, sehingga dengan demikian banyak hal yang bisa dibagikan kepada orang lain agar bisa hidup sederhana.

Terminologi kebahagiaan kelihatannya berhubungan dengan dunia hidup rohani atau spiritual. Benar, tetapi tidak hanya itu. kebahagiaan adalah perkara etika, karena menjadi tujuan hidup setiap orang. Hidup manusia adalah lapangan penjelajahan etika, dari sebab itu kebahagiaan sebagai target tindakan manusia merupakan bidang penyelidikan etika yang sangat penting (Dewantara, 2017). Dalam hal ini, seseorang akan bahagia ketika dia merasa dicintai, disayangi, dan dihargai kehadirannya dimanapun ia berada. Kebahagiaan yang dirasakan seseorang akan bertambah apabila dia memberikan kontribusi bagi orang-orang yang disayanginya, dan pemberiannya tersebut mendapat balasan dari orang yang telah ia beri kontribusi. Tetapi perasaan bahagia seperti itu tidak didapatkan dengan begitu saja, melainkan melalui sebuah perjuangan yang harus didahului dari kesadaran diri sendiri akan kebutuhan orang lain, kemudian hal itu akan akan mendapat balasan dengan wujud terimakasih. Maka, dari situlah akan muncul perasaan untuk mencintai dan menghargai pemberian dari orang lain. 

Pada saat sekarang ini, kebahagiaan semakin sulit untuk ditemukan, karena semakin banyak halangan dan tantangan untuk memperoleh kebahagiaan tersebut. Kebahagiaan adalah sesuatu yang menggembirakan dan hal itu dapat membawa kenyamanan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia diartikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tentram dalam artian bebas dari segala yang menyusahkan. Bagi orang miskin, kebahagiaan merupakan sesuatu yang sangat berharga, karena untuk memperoleh kebahagiaan bukanlah suatu hal yang mudah. Kebahagiaan juga seringkali dihubungkan dengan materi, sebab kebanyakan orang lebih banyak mementingkan materi untuk mendapatkan kebahagiaan, padahal kebahagiaan sangat berarti bila hidup ini dimaknai dengan sebuah pemberian dan penerimaan terhadap kehadiran orang di sekitar. 

Orang di desa banyak yang beranggapan bahwa hidup bahagia hanya bisa didapatkan di kota yang serba ada dan penuh kemodernan. Bahkan orang bernasib miskin pun menyangka bahagia itu terletak pada harta kekayaan. Orang yang berprofesi sebagai pengangguran, bahagia diandaikan berada pada posisi memiliki jabatan. Lalu orang yang menderita berpendapat, bahagia itu terdapat pada kesehatan, dan masyarakat biasa menganggap bahagia itu hanya bisa diperoleh jika mereka menduduki suatu kekuasaan (Suitaatmadja, 2014). Pemahaman yang seperti itu sebaiknya tidak muncul dalam benak setiap manusia, karena apa yang mereka lihat belum tentu benar, bisa jadi orang yang mereka pandang bahagia tersebut memiliki masalah-masalah dalam hidupnya. Maka untuk menghindari adanya pandangan seperti itu sebaiknya mereka menjalani hidupnya dengan penuh syukur atas apa yang telah didapatkan.

Melalui pernyataan di atas muncullah suatu pertanyaan. Apakah hidup sederhana bisa membuat orang bahagia? Apakah kesederhanaan bisa membawa orang pada kebahagiaan?  Apakah kesederhanaan menjadi penghalang untuk memperoleh kebahagiaan?

Bahagia Menurut Aristoteles

Aristoteles mengajarkan dengan baik, bahwa bahagia itu pertama-tama bukan keadaan fisik atau status jiwa. Bahagia merupakan aktivitas manusiawi. Logika kecil ini menandai kebenaran yang sehari-hari, bahwa kodrat manusia adalah beraktivitas. Pengangguran sebaliknya identik dengan ketidakbahagiaan atau kondisi tidak manusiawi. Aristoteles sedang tidak menunjukkan secara persis disposisi bahagia, sebab bahagia adalah identik dengan aktivitas mengejar kebahagiaan itu sendiri (Riyanto, 2013). Dari sebab itu kebahagiaan terwujud pada saat seseorang memberikan kasih secara tulus terhadap sesamanya, sehingga kebahagiaan yang diberikan menjadi berkat bagi seluruh aktivitas yang dijalani, dan dari situlah sukacita akan tumbuh melalui semangat cinta yang berkobar-kobar.  Selain itu kebahagiaan menjadi tujuan tindakan seseorang guna mendapatkan kepenuhan hidup dan hal itu tidak akan membuat seseorang kekurangan apapun.

Dalam menggagas realita kehidupan manusia, Aristoteles sangat mengedepankan rasio, karena keutamaan akal budi dinilai sangat baik. Kebahagiaan juga merupakan kegiatan atau aktivitas yang didasarkan pada keutamaan, (virtuous action). Maksudnya kebahagiaan itu terjadi pada saat seseorang menjalankan seluruh aktivitasnya dengan semangat yang tanpa dibebani masalah apapun. Bagi Aristoteles hidup bahagia adalah hidup yang mengungkapkan keutamaan, hidup yang melibatkan tindakan-tindakan serius dan tidak terdiri dari keceriaan semu. Kebahagiaan dengan demikian adalah choice worthy (pantas dipilih) dalam dirinya sendiri (Dewantara, 2017). Maka setiap orang di dunia ini bebas untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya, baik itu orang kaya maupun orang miskin, karena yang diutamakan dalam hidup ini adalah keutamaan seperti yang telah digagas oleh Aristoteles.

Bahagia Menurut Thomas Aquinas

Menurut Thomas Aquinas jika kebahagiaan identik dengan produk aktivitas virtus (keutamaan) dan bukan kejahatan, hal ini diandaikan bahwa aktivitas membela dan mengajar virtus adalah aktivitas yang membahagiakan. Thomas Aquinas juga mengungkapkan bahwa keutamaan bukanlah prestasi, melainkan sebuah perbuatan yang dilakukan berulang kali dan menjadi kebiasaan (habitus) (Riyanto, 2013). Melalui pemahaman ini, Thomas Aquinas ingin menjelaskan bahwa ada aktivitas tertentu yang membuat manusia itu bahagia. Jika manusia merasa bahwa aktivitas yang dia lakukan tersebut membahagiakan hidupnya, maka aktivitas itu pun kan dia lakukan secara terus menerus guna mencapai suatu kebahagiaan yang sejati. Aktivitas yang dilakukan manusia juga harus mengandung keutamaan agar dengan adanya keutamaan, manusia dapat memperoleh makna kebahagiaan itu sendiri, sehingga hal itu akan dia lakukan berulang kali, sehingga menjadi kebiasaan.

Aquinas menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati adalah Tuhan sendiri, dari sebab itu kebahagiaan adalah aktivitas sepanjang hidup yang dilakukan secara terus menerus agar manusia tersebut bisa sampai kepada Tuhan (Riyanto, 2013). Sejatinya manusia itu diciptakan dengan rasa ingin tahu yang besar. Manusia bisa dikatakan sebagai makhluk yang berpikir, sehingga manusia adalah cetusan karakter tanggung jawab. Rasa tanggung jawab yang dimiliki manusia akan membuat manusia tersebut berusaha untuk bisa melakukan hal-hal atau tindakan yang sesuai dengan kemampuannya sendiri, agar hal itu bisa menjadi karakter atau cerminan dari manusia itu sendiri. Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang memiliki perasaan untuk dapat mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah dilakukannya.

Setelah diketahui bahwa sumber kebahagiaan sejati manusia adalah Tuhan sendiri, maka Aquinas mengatakan manusia wajib untuk melakukan yang baik dan menghindari yang buruk. Selain yang baik itu sesuai dengan bagaimana kita berusaha untuk mencapai tujuan akhir, baik itu bagaimana cara untuk melakukan suatu usaha sehingga manusia dapat diarahkan hati nuraninya agar melakukan yang baik (Rahmadon, 2015). Kewajiban tersebut hendaknya manusia perhatikan secara cermat, supaya tindakan-tindakan baik yang mendukung manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati dapat terealisasikan dengan baik seturut kehendak Tuhan.

Apakah hidup sederhana bisa membuat orang bahagia?

Kebahagiaan merujuk pada aktivitas yang menghasilkan apa-apa yang mengatasi sekedar pemenuhan kebutuhan material. Aktivitas semacam ini nyata dalam apa yang disebut leisure, waktu luang (Dewantara, 2017). Banyak orang kaya di dunia ini yang hidupnya biasa-biasa saja justru tampak lebih nyaman dan bahagia. Hal tersebut bukan karena dia tidak mampu untuk hidup dengan kemewahan, namun ini adalah suatu pilihan hidup. Kesederhanaan menyadarkan orang bahwa hidup bahagia itu tidak perlu menampilkan kemewahan semata, tetapi dengan berpenampilan biasa-biasa saja orang akan lebih merasa nyaman dengan hidupnya. Jika hidup terus mengikuti gengsi, maka hidup akan penuh dengan ketidakbahagiaan. Sikap sederhana akan membawa setiap orang pada keseimbangan, karena merasa tidak kurang dan tidak lebih justru akan membuat hidup lebih bahagia. 

JAKARTA, KOMPAS.com (Riandi, 2021) pelawak Indrodjojo Kusumonegoro atau biasa dikenal Indro Warkop dilatih hidup sederhana sejak kecil, walaupun ayahnya seorang perwira di Angkatan Kepolisian, Indro mengaku tidak pernah dimanjakan sedari kecil. “Aku anak seorang pejabat negara, aku anak seorang perwira tinggi, aku tinggal di Menteng, tapi aku hidup amat sederhana,” kata Indro Seperti dikutip Kompas.com dari Youtube Vindes, senin (29/11/2021). Pada saat ayahnya meninggal dunia, Indro harus membantu bisnis catering milik ibunya. Pelawak berusia 63 tahun tersebut bahkan harus berbelanja ke pasar demi memberi kebutuhan-kebutuhan ibunya “Waktu kecil kelas 5 SD itu gue berangkat jam 4 pagi ke pasar, dulu belum ada swalayan,” tutur Indro, namun Indro Warkop merasa bersyukur karena pelajaran kesederhanaan yang diajarkan oleh ayahnya diterapkan sampai saat ini. “Gue dilatih dari kecil tentang kesederhanaan, berjuang, semuanya harus dipelajari, hidup itu belajar, hidup itu berjuang, ini ada resikonya,” ucap Indro. 

Pernyataan Indro tersebut ingin menunjukkan bahwa hidup sederhana dapat membuat orang bahagia, karena dengan kesederhanaan seseorang akan merasa cukup dengan dirinya yang berpenampilan apa adanya. Dari sebab itu, hidup sederhana mengajarkan setiap orang untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, jika seseorang terus-terusan membandingkan hidupnya dengan orang lain, maka orang tersebut akan selalu merasa kekurangan dalam segala hal dan tidak akan pernah merasa puas. Hidup sederhana bukan berarti sama sekali tidak boleh memiliki barang mewah, namun nilai kebahagiaan lebih penting untuk dipenuhi dalam hidup.

Apakah kesederhanaan bisa membawa orang pada kebahagiaan? 

Aktivitas yang menyatakan keutamaan (virtues). Aristoteles memandang bahwa kesempurnaan manusia terpenuhi dalam sistem atau tata hidup bersama. Orang yang bahagia tidak hidup dalam rasa tinggi hati, namun sikap sederhana, menghayati bahwa ia hanya manusia biasa. Ia mampu mengekspresikan yang pantas dan moderat dari hasrat dan keinginan. Ia memiliki pengendalian diri yang baik serta mampu menahan nafsu (Ashari, Dahriyanto, 2016). Maka, berdasarkan cerita Indro yang dilatih hidup sederhana sejak kecil ingin menunjukkan bahwa kesederhanaan dapat membawa orang pada suatu kebahagiaan hidup. Kesadaran akan hidup sederhana menjadikan Indro pribadi yang mampu menahan nafsu supaya tidak hidup dalam kemewahan. 

Indro bisa saja hidup dalam kemewahan, karena dia merupakan anak seorang perwira, namun orang tua Indro tidak ingin anaknya tersebut menjadi pribadi yang tergiur oleh kemewahan, sehingga dari kecil Indro selalu dilatih bagaimana cara hidup yang sederhana. Walaupun hidup dalam kesederhanaan, Indro tetap merasakan kebahagiaan, bahkan dia sangat bersyukur karena kesederhanaan yang ayahnya ajarkan dapat bertahan hingga saat ini. Melalui pengalaman Indro tersebut tampak jelas bahwa kesederhanaan bisa membawa orang pada kebahagiaan. 

Apakah kesederhanaan menjadi penghalang untuk memperoleh kebahagiaan?

Agar tidak terjebak dalam pandangan hidup hedonis yang hanya mengejar kesenangan materi, pertama-tama hidup baik harus merujuk pada kebutuhan tercukupi. Aristoteles menggagas polis sebagai sistem hidup bersama dimaksudkan agar kebutuhan anggotanya tercukupi. seseorang perlu membentengi diri dengan pola pikir yang bijak dan sederhana, bahwa bahagia tidak diukur dari berapa banyak harta yang dimiliki, tetapi dari bagaimana cara seseorang tersebut mensyukuri anugerah kehidupan. Hiduplah sederhana agar engkau bahagia. Peribahasa ini tentu bertolak belakan dengan pemuja kemewahan. Tetapi banyak kisah kesederhanaan dan kerendahan hati justru dapat memberikan kebahagiaan yang sempurna (Chi, 2021). Kebahagiaan disini diartikan dengan sikap atau perilaku untuk melawan yang berlebihan. Kemewahan bukan menjadi tolak ukur untuk seseorang memperoleh kebahagiaan, justru malah sebaliknya di mana orang merasa bahwa kesederhanaanlah yang membuat hidupnya jauh lebih bahagia, karena hidup sederhana mengarahkan seseorang kepada pola pikir yang sederhana. 

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kesederhanaan menjadi kunci bagi setiap orang untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Maka melalui pengalaman hidup Indro yang sudah bertahun-tahun menjalani hidup dengan kesederhanaan. Sangat jelas bahwa kesederhanaan bukan menjadi penghalang bagi setiap orang untuk memperoleh kebahagiaan, melainkan sebagai sarana bagi setiap orang untuk menuju hidup yang bahagia. 

Kebahagiaan merupakan tujuan hidup setiap manusia. Maka, manusia yang merindukan kebahagiaan merupakan manusia yang memiliki tujuan hidup, karena kebahagiaan menjadi hal utama yang harus disadari keberadaannya. Aristoteles mengatakan bahwa bahagia merupakan aktivitas manusiawi. Sedangkan Thomas Aquinas mengatakan bahwa sumber kebahagiaan adalah Tuhan sendiri. Dari sebab itu sangat jelas bahwa kebahagiaan menjadi hal yang sangat penting bagi hidup manusia. Untuk memperoleh kebahagiaan di dunia ini tentunya setiap orang memiliki cara masing-masing. Namun cara yang banyak digunakan manusia adalah dengan menghayati pola hidup sederhana. Salah satu contoh orang yang menghayati pola hidup sederhana adalah Indro Warkop. Indro sendiri menyadari bahwa kesederhanaan menjadikan dirinya pribadi yang mandiri, sehingga dia pun akhirnya terbiasa dengan hidup sederhana yang diajarkan oleh ayahnya sedari dia masih kecil. Melalui pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kesederhanaan menyadarkan setiap orang bahwa hidup bahagia itu tidak perlu menampilkan kemewahan semata, tetapi melalui kesederhanaan yang ingin dihayati agar bisa sampai kepada Tuhan yang adalah Sang sumber kebahagiaan.

Daftar Pustaka

Riyanto, Armada. Menjadi Mencintai: Berfilsafat Teologis Sehari-hari Yogyakarta: Kanisius, 2013.

Suryani, Ketut, Luh, dan Cokoda Bagus Jaya Lesmana, Hidup Bahagia: Perjuangan Melawan Kegelapan Jakarta: Pustaka Obor Populer, 2018.

Dewantara W Agustinus. Filsafat Moral: Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia Yogyakarta: Kanisius, 2017. 

Suitaatmadja, Husain, Hidup Bahagia dan Berkah Tanpa Penyakit Hati Jakarta: Gramedia, 2014.

Rahmadon, “Kebahagiaan dalam Pandangan Thomas Aquinas dan Hamka,” jurnal ilmu ushuluddin 1, no. 2 (Desember 2015): 32-48.

Riandi Prawira Ady, “Cerita Indro Warkop Dilatih Hidup Sederhana sejak Kecil,” Kompas, Minggu 12 Desember 2021. 

Ashari, Budi, Okiana, dan Luthfi Fathan Dahriyanto, “ Apakah Orang Miskin Tidak Bahagia?,” Jurnal Psikologi Ilmiah 8, no. 1 (2016): 1-7.

Chi, Tzu, “Menebar Cinta Kasih Universal,” Majalah, Selasa, 14 desember 2021. 

KBBI Daring, diakses 10 Desember 2021. 

Andi Prayoga

Mahasiswa Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana, Malang.

Berikan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.