Determinisme Teknologi dalam Kacamata Herbert Marshall McLuhan

Dengan memahami determinisme teknologi yang dikemukakan oleh Herbert Marshall McLuhan, kita dihadapkan pada pandangan yang menekankan peran sentral teknologi, terutama media, dalam membentuk perubahan sosial dan budaya manusia. McLuhan melihat teknologi sebagai agen penentu yang tidak hanya memengaruhi cara berpikir dan bertindak manusia, tetapi juga membentuk identitas mereka.
Press
Press

Apabila membicarakan terkait teknologi, acapkali kita menemukan beragam pandangan dari kalangan filsuf. Sebagian mengatakan, teknologi hanya sebuah alat (objek) yang tidak bisa dihukumi sebagai hal bersifat deterministik dan memengaruhi kehidupan manusia (subjek) secara signifikan. Namun, teknologi tidak sekadar merujuk pada perkakas atau perangkat, melainkan mencerminkan sebuah manifestasi cemerlang dari rasionalitas manusia. 

Meskipun awalnya teknologi dipahami sebagai artefak buatan manusia yang bertujuan mempermudah kehidupan, pada kenyataannya teknologi memiliki implikasi jauh lebih kompleks. Derap kemajuan teknologi menimbulkan problematika yang mencakup berbagai aspek hingga saat ini. Misalnya saja saat teknologi memberikan fasilitas keterbukaan akses informasi, dampak yang ditimbulkan adalah adanya bias kebenaran. Penyebaran informasi dan pembentukan opini, dapat memunculkan bias atau distorsi, mana yang dianggap sebagai kebenaran atau fakta objektif dan kebohongan subjektif. Dengan itu mari kita coba lihat kembali bagaimana kemudian teknologi tersebut hadir dan memengaruhi kehidupan manusia hingga saat ini. 

Salah satu tokoh yang mempopulerkan pengaruh teknologi terhadap kehidupan manusia adalah Herbert Marshall McLuhan atau populer disebut McLuhan. Ia merupakan seorang tokoh humaniora, filsuf, penulis, akademisi, serta ahli teori media dan komunikasi. McLuhan lahir di Kanada, Edmonton, Alberta, pada tahun 1911. McLuhan mengawali perjalanan intelektual pada kajian sastra, namun dengan cepat ia juga menunjukkan ketertarikan terhadap perubahan sosial dan budaya yang sedang berlangsung dalam dunia kontemporer. Penelitian dan wawasannya mengenai dampak teknologi terhadap masyarakat membentuk warisannya sebagai pemikir visioner di bidang studi komunikasi dan media (McLuhan & Zingrone, 1995). 

Pemikiran McLuhan yang paling populer adalah terkait Determinisme Teknologi. Dalam mendefinisikan Determinisme Teknologi yang digagas oleh McLuhan, tidak cukup apabila hanya menariknya dalam sebuah pengertian umum, melainkan perlu untuk memahami melalui kerangka konseptual yang sistematis. 

Pertama, adalah pendekatan deterministik, asumsi dasar McLuhan menganggap teknologi sebagai faktor penentu dalam perubahan sosial dan budaya. Menurutnya, teknologi membentuk cara manusia berpikir dan bertindak, dan manusia itu sendiri tidak dapat menghindari pengaruhnya. Gagasan signifikan dalam pendekatan deterministik terhadap teknologi, juga meliputi perubahan teknologi komunikasi yang memegang peranan dalam pembentukan identitas manusia. Selain  itu,  perkembangan teknologi membawa manusia melewati banyak era teknologi yang berbeda. 

Misalnya, dari  masa  masyarakat suku belum mengenal huruf, lambat laun berpindah ke masa penguasaan teknologi komunikasi cetak dan kemudian teknologi komunikasi elektronik (McLuhan, 1962). Perubahan dalam teknologi ini yang kemudian mengubah symbolic environment yaitu konstruksi sosial, dunia makna yang dibangun secara sosial dan indrawi yang pada gilirannya membentuk persepsi, pengalaman, sikap dan perilaku manusia. Perubahan tersebut tak lepas dari peran penting adanya media (Em Griffin, 2012). 

Kedua,dalam menjelaskan teori Determinisme Teknologi McLuhan, mengacu pada perkembangan media. Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa beragam perubahan tak lepas dari urgensitas keberadaan media. Melalui karyanya yang bertajuk Understanding Media, teorinya menunjukkan bahwa media harus dipahami secara ekologis. Ekologi media yang digagas oleh McLuhan ini merupakan bentuk paling baik dari tesisnya yang populer “The medium is the message”. Pernyataan bernas ini dimaksudkan untuk mengacaukan ekspektasi manusia. Kita terbiasa menganggap pesan sebagai sesuatu yang terpisah dari media itu sendiri. Media menyampaikan pesan. Namun, McLuhan meruntuhkan perbedaan antara pesan dan medium. Ia melihat keduanya sebagai satu dan sama. Begitu pula ketika kita mempertimbangkan pengaruh sosial budaya dari media, kita biasanya disesatkan oleh ilusi konten. Namun McLuhan mengatakan: 

For the ‘content’ of a medium is like the juicy piece of meat carried by the burglar to distract the watchdog of the mind.” (karena ‘isi’ dari sebuah media seperti sepotong daging lezat yang dibawa oleh pencuri untuk mengalihkan perhatian pengawas pikiran) (McLuhan, 1962.

Seringkali kita berfokus pada konten dan mengabaikan mediumnya, meskipun konten tidak ada di luar cara ia dimediasi. Sederhananya misalnya seperti ini. “Tenggelamnya Kapal Van der Wijk”adalah sebuah novel. “Tenggelamnya Kapal Van der Wijk  adalah sebuah film. “Tenggelamnya Kapal Van der Wijk” adalah sebuah kisah lisan. Ini adalah cerita yang berbeda. Untuk alasan ini, kita tidak boleh mengeluh bahwa sebuah film tidak seperti novelnya. Sebuah film hanya bisa menjadi sebuah film. 

Akan tetapi perlu diketahui bahwa McLuhan tidak mengabaikan pentingnya konten sama sekali. Sebaliknya, McLuhan menegaskan bahwa konten juga menarik perhatian dari pada medianya. McLuhan berpendapat, meskipun sebuah pesan memengaruhi kondisi kesadaran kita, namun mediumlah yang lebih banyak memengaruhi kondisi tidak sadar kita (Levinson, 1999).  

Misalnya banyak dari kita yang scroll Tik Tok secara spontan dan naluriah, terpesona akan video dan audio yang ditampilkan. Kita hampir tidak sadar akan mediumnya, tetapi lebih termakan oleh pesannya.Meskipun demikian, kita berpaling lagi dan lagi ke Tik Tok untuk mendapatkan informasi terbaru seiring berjalannya hari dan bulan, tanpa menyadari betapa pentingnya media ini dalam kehidupan kita. Media Tik Tok dapat menjadi ancaman ketika dijadikan sebagai sandaran dalam mencari kebenaran, dan melupakan media lain yang lebih kredibel dan otoritatif. Hal ini menunjukkan dari pemikiran McLuhan bahwa media membentuk orang bijak, ironisnya ketidaksadaran kita akan media yang membuat sebuah pesan menjadi lebih penting. 

Lebih lanjut, untuk menjelaskan  lebih  lengkap  kerangka kerja ketiga  terkait dengan teori Determinisme Teknologi McLuhan, tidak mungkin dipisahkan dari konsep yang diperkenalkannya di era elektronik, yaitu Global Village. Dari  pendekatan  hingga penjelasan perkembangan teknologi pada media di bagian sebelumnya, situasi ini masih menjadi perbincangan populer. Desa  global  mengacu pada dunia yang semakin terhubung melalui teknologi komunikasi, yang cenderung mengarah pada budaya global yang  bersatu. 

Dengan munculnya inovasi dalam bidang elektronik, yang berhasil menghasilkan kembali pola gelombang simultan yang meresap dalam segala aspek kehidupan manusia, peradaban kita yang sebelumnya terfragmentasi dan sangat terfokus pada spesialisasi, tiba-tiba mengalami transformasi instan yang mengintegrasikan semua elemen mekanis menjadi satu kesatuan organik. Dengan kata lain, kemajuan  teknologi dalam  bidang komunikasi  telah menghubungkan dunia. McLuhan menggunakan istilah desa global untuk menggambarkan bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem ekologi,  sosial, dan budaya yang luas. McLuhan  berpendapat  bahwa  media  dapat  mengatur masyarakat secara sosial (McLuhan, 1962)

Maka dapat dikatakan, dengan memahami determinisme teknologi yang dikemukakan oleh Herbert Marshall McLuhan, kita dihadapkan pada pandangan yang menekankan peran sentral teknologi, terutama media, dalam membentuk perubahan sosial dan budaya manusia. McLuhan melihat teknologi sebagai agen penentu yang tidak hanya memengaruhi cara berpikir dan bertindak manusia, tetapi juga membentuk identitas mereka.

Referensi 

McLuhan, Eric & Zingrone, Frank. “Essential McLuhan, (London: Routledge, 1995),  1-3.

McLuhan, Marshall. Understanding Media: The Extention of Man, Cambridge: The MIT Press, 1964.

Griffin, Em. A First Look at Communication Theory, Eight Edition, New York: McGraw-Hill, 2012.

Levinson, Paul. Digital McLuhann: A Guide to The Information Millenium, (New York: Routledge, 1999), 45-50.

Siti Roisadul Nisok

Mahasiswa Filsafat Universitas Gadjah Mada

Berikan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Skip to content