Pemikiran filosofis membutuhkan wahana demi mencari puing kebenaran yang terserak. Sering kali filosof ada dalam tempurung yang menghalanginya memperoleh sudut pandang strategis dalam menilai fenomena. Alain Badiou dalam diskusi publik di Wina menyatakan bahwa terdapat tiga syarat filosof dalam menciptakan kelahiran pemikiran baru. Pertama, filosof harus berada di antara pilihan, yakni menjelaskan putusan dan melakukan keberpihakan. Misal murid Socrates yang memahami gurunya melalui forum, Machiavelli yang menulis surat saat berhadapan dengan Medici dan Borgia, atau Spinoza yang memilih tuhan sebagai substansi di antara pilihan lain seperti ether, monade dan pneuma.

Kedua, bahwa filsafat harus menegaskan jarak kebenaran dengan kekuasaan. Kekuasaan dapat ditemui dalam kewenangan hukum, kekuatan statis bahkan keputusan komunal. Gerakan massa tidak selalu merupakan kebenaran mutlak, sama seperti pengarus-utamaan yang tidak selamanya mewakili suara terbanyak. Filsafat dalam hal ini berperan sebagai pengamatan detail kecil yang tertinggal. Tujuan filsafat bukan menyuarakan perlawanan melainkan menunjukkan keutuhan suatu sistem. Hal ini menyebabkan kekuasaan sering bertentangan dengan kebijaksanaan seperti satir Jonathan Swift dalam Perjalanan Gulliver atau sikap Seneca akan kesewenangan Nero. Seorang filosof harus berjarak dari kekuasaan bila ia ingin berada dalam selestial yang tepat demi membantu proses persalinan (maieutike) kebijaksanaan.

Ketiga, bahwa filsafat menjelaskan kemungkinan dari nilai lain. Seperti lampu kota yang menghalau cahaya bintang sehingga tak sampai ke retina manusia, kebiasaan konvensional sering menghalau filosof memperoleh kebenaran yang tersedia. Gerak konvensional ke revolusi adalah sesuatu yang alamiah di mana yang bertahan dalam perubahan akan membeku menjadi konvensi hingga proses berulang terjadi. Pada siklus ini filsafat bertugas mengamati apa yang disebut Badiou “nilai perkecualian”: nilai yang ada pada pengertian gulag dari gadis dalam Between Shades of Gray, atau coca-cola hangat Zizek sebagai simbol kerusakan temporal kapitalisme. Ketiga syarat Badiou memiliki keterikatan yang menuntut filosof memiliki pengendalian diri dan posisi di dunia.

Pendiri LSF Discourse dan saat ini menjadi penasihat lembaga. Pimpinan Redaksi lsfdiscourse.org dan penerbit Discourse Book. Mengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Berikan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.