fbpx

Analisis Deskriptif Pemikiran Sir William Muir dan Hubert Grimme Atas Periodisasi Pewahyuan Al-Qur’an

Pemikiran para orientalis Barat terhadap agama Islam memiliki perbedaan yang bergantung pada sikap mental para orientalis tersebut.
Arab School karya John Frederick Lewis
Arab School karya John Frederick Lewis

Lahirnya orientalisme ditandai dengan adanya upaya penelusuran orang-orang Barat ke wilayah Timur dalam perspektif non-akademik. Pada awalnya tujuan mereka menjelajah wilayah Timur ialah untuk kepentingan ekonomi dan kolonialisme. Namun jika dilihat dari perspektif pengetahuan, tujuan orang-orang Barat menjelajah ke wilayah Timur mengandung suatu tujuan yang penting ialah untuk mengetahui lebih jauh tentang wilayah Timur, seperti kebudayaannya, agama, sejarah bahasa, dan lain sebagainya. 

Dalam hal keagamaan, para peneliti Barat memiliki ketertarikan untuk meneliti tentang sejarah agama Islam yang bersumber pada kitab suci Al-Qur’an dan juga Hadis. Aplikasi penelitian terhadap Islam bukan hanya terpaku pada doktrin teologis belaka, melainkan meluas pada berbagai bidang. Islam semakin berkembang dengan melahirkan berbagai macam kemajuan dan peradaban yang unggul. Berbagai peradaban yang terlahir dari agama Islam melalui para pemuka agama muslim (Ulama) tidak hanya berpusat pada segi pemikiran, arsitektur, dan karya ilmiah, yang dapat kita lihat pada era globalisasi ini, melainkan lebih dari itu.

Kemajuan peradaban umat Islam mendapat perhatian dari bangsa Barat ketika mereka sedang mengalami masa-masa resesi di abad ke-13 M. Mereka pergi ke wilayah Timur untuk mempelajari berbagai pengetahuan tentang umat Islam sampai kemudian mereka mampu untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka dapat. Sekitar enam abad kemudian ialah pada abad ke-19, para peneliti Barat pulang kembali ke tempat asalnya dengan membawa teknologi dan pengetahuan yang sebelumnya pernah dipelajari dan dikembangkan. Seiring waktu berjalan, peradaban Islam cenderung mengalami kemunduran dibandingkan peradaban Barat, yang memunculkan rasa inferioritas pada peradaban Timur. Akan tetapi, peradabannya masih terjaga hingga dewasa ini. Berdasarkan indikasi yang terjadi pada peradaban Timur, hal tersebut membuat beberapa tokoh Barat yang memiliki sains dan pengetahuan ilmiah merasa tertarik untuk meningkatkan kualitas keahliannya dengan cara meneliti kembali peradaban Islam. Sehingga pada akhirnya lahirlah orang Barat yang ahli di bidang ketimuran yang selanjutnya disebut dengan “orientalis”. 

Pengertian orientalisme dalam pemikiran Edward W. Said merupakan sebuah metode yang berusaha untuk memahami dunia Timur berdasarkan pada pemikiran dan pengalaman orang-orang Barat (Eropa). Dapat dikatakan juga bahwa orientalisme adalah suatu pemahaman atau aliran yang memiliki keinginan untuk mengeksplorasi dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa Timur serta lingkungannya. Adapun arti “Timur” di sini mengacu pada hal-hal yang bernuansa Islam, baik itu dari segi teologi, sosial, kultur dan budaya. 

Kegiatan para peneliti orientalis ini sejatinya telah berlangsung selama berabad-abad secara sporadik, namun tepatnya pada abad ke-19 M kegiatan mereka dapat dilihat secara terang-terangan dan menunjukan intensitas yang cukup berkembang. Sikap dan pemikiran para orientalis Barat terhadap agama-agama Timur khususnya Islam, tentu saja memiliki perbedaan yang bergantung pada sikap mental para orientalis tersebut.

Menurut Hasan Hanafi, orientalisme juga merupakan suatu pandangan ego Eropa terhadap  negara non-Eropa (Timur), atau lebih jelasnya ialah subjek pengkaji terhadap objek yang dikaji. Akibat posisi Eropa (Barat) sebagai subyek pengkaji, maka muncul kompleksitas rasa superioritas dalam ego Eropa. Atas dasar ego tersebut, selanjutnya lahirlah rasa inferioritas, “the Other” dalam diri bangsa non Eropa.

William Muir

Sir William Muir, seorang orientalis sekaligus misionaris Kristen kelahiran Skotlandia (1819-1905), memberi kontribusi besar dengan pandangan dan karya-karyanya tentang Islam dan Al-Qur’an seperti dalam Life of Mahomet dan  The Coran: Its Composition and Teaching, and the Testimony its Bears to the Holy Scriptures. Berawal dari keresahannya meneliti Al-Qur’an, Muir menilai bahwa ia tidak dapat menemukan secara jelas terkait kronologi urutan surat baik dari segi periode maupun tema tertentu. Ia berpandangan bahwa kronologi pewahyuan Al-Qur’an sendiri bisa dipotret melalui segi historis Nabi Muhammad SAW itu sendiri. Ia berasumsi bahwa rekam jejak sejarah Nabi Muhammad SAW-lah yang mampu memvisualisasikannya. Karena disebutkan bahwa dengan menelusuri dan mengkaji latar belakang kehidupan seorang penulis buku dapat mempermudah dalam memahami karyanya secara menyeluruh.

Dalam tulisannya yang berjudul Life of Mahomet, Muir memberikan paradigma mengenai kronologi turunnya wahyu dalam Al-Qur’an yang urutan surat-suratnya berbeda dengan yang lain. Secara konkret, kronologi menurut Muir ini berbeda dengan versi Noldeke dari segi pemberian tempat nomor surat. Dalam penanggalan surat, Muir sendiri memulai lebih awal sejak dari diutusnya Nabi Muhammad SAW menjadi seorang Rasul oleh Allah SWT.

Menurut Muir, praktek penyusunan kronologi turunnya surat-surat dalam Al-Qur’an pasti tidak luput dari adanya suatu terkaan atau anggapan personal dalam menyusunnya. Namun ada beberapa sifat dan narasi yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi sebuah acuan. Kemudian dalam hal kategorisasi tentang turunnya surat-surat dalam Al-Qur’an, ia beranggapan bahwa kategori surat yang pertama dibuka dengan keterangan ayat yang berisikan seputar kabar gembira dan “liar”. Selanjutnya, berisi surat-surat yang sifatnya naratif dan cenderung bersisi karangan-karangan. Dan pada kategori terakhir, ditutup dengan surat-surat yang bersifat diktatorial dan formal. Secara artian dikembangkan untuk mendoktrin dan diorientasikan untuk kaum non-muslim Mekah seperti golongan Musyrikin, Yahudi, dan Nasrani. Dalam anggapan pemikirannya, dikatakan bahwa mayoritas surat-surat dalam Al-Qur’an tidak memiliki sifat dan karakteristik yang eksklusif  untuk menetapkan jangka waktu dan periodesasi turunnya surat-surat tersebut secara spesifik. Berdasarkan dari pernyataan tersebut, maka dapat diambil suatu sintesa bahwa dalam waktu penyusunan ayat-ayat Al-Qur’an masih mengandung adanya suatu terkaan belaka, Susunan ayat-ayat Al-Qur’an masih mengandung adanya suatu terkaan belaka.

Dalam hal periodesasi 114 surat Al-Qur’an yang telah disusun oleh Muir, ia menyampaikan bahwa karya dan pemikirannya secara universal masih bisa dapat diterima dan dan cukup argumentatif. Penyusunannya yang mengarah pada sifat dan karakteristik yang ia tarik benang merahnya, kecuali pada beberapa surat yang sudah aktual periodesasinya. Menurutnya, kesempatan untuk menentukan periodisasi masing-masing surat dalam Al-Qur’an masih sangat terbuka lebar bagi siapapun yang hendak untuk menelitinya.

Paradigma pemikiran Muir mengenai kronologi Al-Qur’an dikelompokkan menjadi enam periode. Lima di antaranya diturunkan di kota Mekah dan satu periode terakhir diturunkan di kota Madinah. Pada periode pertama, Muir mengklasifikan sebagai surat-surat yang bersifat rhapsody dan liar. Sebab dikatakan sebagai surat rhapsody karena surat-surat ini dikelompokan pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW. menerima wahyu. Dalam periode pertama, Muir mengklasfikasikan dengan delapan belas surat yang di dalamnya tidak ada satu pun surat atau keterangan tentang konsep dan pesan-pesan yang bersifat teologis. Berikut merupakan delapan belas surat yang masuk ke dalam periodisasi pertama menurut pandangan Muir: Al-Asr, al-Adiyaat, az-Zalzalah, ash-Shams, al-Quraish, al-Baqarah, al- Qari’ah, at-Tin, at-Takasur, al-Humazah, al-Infithar, al-Layl, al-Fil, al-Fajr, al-Balad, ad-Dhuha, ash-Inshirah, dan al-Kautsar.  Surat-surat yang telah disebutkan di atas termasuk dalam urutan mushaf Al-Qur’an yang terletak di akhir mushaf, atau disebut juga sebagai Al-Mufassal (terpisah) karena terdapat banyak sekali pemisah di antara surat-surat itu yang berupa basmalah.

Kemudian periode ke-2, Muir menilai empat surat yang dianggap sebagai tugas Nabi Muhammad SAW. Empat surat tersebut diantaranya al-‘Alaq, al-Ikhlas, al-Muddasir, dan al-Lahab. Adapun pada periode ketiga ialah ketika risalah awal dari kenabian Nabi Muhammad SAW. hingga hijrah pertamanya ke wilayah Habasyah atau yang sekarang dikenal dengan negara Ethiopia. Surat-surat yang termasuk ke dalam periode ke-3 merupakan surat-surat yang mengandung nilai-nilai revolusi, penjelasan mengenai konsep surga dan neraka, juga suatu keterangan perintah untuk melawan kaum Quraisy. Dalam periode ini terdapat sembilan belas surat, ialah surah al-A’la, al-Qadr, al-Ghashiyah, ‘Abasa, at-Takwir, al-Inshiqaq, at-Tariq, an-Nasr, al-Buruj, al-Muthaffifīn, an-Naba, al-Mursalat, al-Insan, al-Qiyamah, al-Ma’arij, al-Kafirun, al-Ma’un, ar-Rahman, dan al-Waqi’ah.

Terdapat 22 surat dalam periode keempat. Periodisasi ini terjadi pada tahun ke-6 hingga tahun ke-10 kenabian nabi Muhammad SAW. Pada periode ini menurut Muir, surat-surat di dalam Al-Qur’an menarasikan tentang kaum Yahudi, pendeta dan narasi terkait bangsa Arab. Muir juga mengungkapkan salah satu surat dalam periode ini ialah surat an-Najm diduga terakit isi kandungannya masih bertitik temu dengan kaum Musyrikin. Berikut merupakan surat-surat yang terdapat pada periode ke-4: al-Mulk, an-Najm, as-Sajdah, az-Zumar, al-Muzammil, an-Nazi’at, al-Qamar, Saba, Luqman, al- Haqqah, al-Qalam, Fussilat, Nuh, at-Tur, Qaf, al-Jasiyah, ad-Dukhan, as-Saffat, ar- Rum, asy-Syu’ara, al-Hijr, dan adz-Dzariyat.

Periodesasi ke-5 diawali pada tahun kelima diangkatnya Nabi Muhammad SAW. hingga sebelum hijrahnya ke kota Madinah. Periode ini diketahui juga sebagai peniadaan terhadap larangan. Terdapat tiga puluh surat yang terkandung dalam klasifikasi periode ini, diantaranya surat al-Ahqaf, al-Jin, Fatir, Yaasin, Maryam, al-Kahfi, an-Naml, asy-Syura, Ghafir, Shad, al-Furqan, Thaha, az-Zukhruf, Yusuf, Hud, Yunus, Ibrahim, al-An’am, at- Taghabun, al-Qashash, al-Mu’minun, al-Hajj, al-Anbiya, al-Isra, an-Nahl, ar-Ra’ad, al-Ankabut, al-A’raf, al-Falaq, dan an-Nas. Kemudian pada dua surat terakhir masih diperdebatkan terkait kebenarannya karena surat-surat pada periode ini mengandung narasi tentang ajaran Islam. Contohnya seperti penolakan terhadap golongan Muslim untuk menunaikan ikrar haji, pemberontakan terhadap kaum Quraisy, pengadilan yang terjadi di hari akhir, konsep dan eksistensi surga dan neraka, hingga konkrisitas keesaan Allah Swt. Pada perkembangannya, dinamika surat atau pewahyuan yang turun semakin meluas jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal tersebut muncul dengan meninjau dalam periode kelima ini terdapat surat-surat yang cenderung panjang. Selebihnya mayoritas dihegemoni oleh golongan surah Al-Mi’un dan golongan surah al-Mashani. Menariknya, pada periodesasi terakhir ditemukan sisipan ayat yang turun di Madinah karena masih memiliki keterkaitan tema. Seperti surah al-Hajj dan an-Nahl.

Pada periode terakhir disebut juga sebagai periode Madinah dengan menimbang bahwa turunnya surat-surat ini terjadi setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Terdapat dua puluh satu surat pada periode ini, ialah surah al-Bayyinah, al-Baqarah, Ali Imran, al-Anfal, Muhammad, al-Jumu’ah, al-Maidah, al-Hasyr, an-Nisa, al-Mujadalah, at-Talaq, al-Munafiqun, an-Nur, al-Ahzab, Al-Hadid, as-Saff, al-Fath, al- Mumtahanah, at-Tahrim, al-Hujurat, dan at-Taubah.

Teori kronologis turunnya surat-surat dalam Al-Quran menurut Muir terlihat berbeda secara kontras dengan para peneliti terdahulunya dan para cendekiawan Muslim klasik terutama dalam hal periodesasi jenis surat Makkiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori Muir secara tidak langsung merubah teori para pendahulunya kemudian mengkritiknya berdasarkan pada pemikiran dan asumsi pribadinya. Kronologi pewahyuan Al-Qur’an yang ditawarkan oleh Muir sendiri kurang diapresiasi oleh kalangan sarjana Barat. Hal itu terjadi dikarenakan kurangnya penjelasan metode yang ia gunakan dalam rangkaian kronologi pewahyuan Al-Qur’an tersebut. Selain sarjana Barat, terdapat juga sarjana Muslim ialah Subhi ash-Shalih yang memberikan kritik terhadap Muir dengan mengatakan bahwasannya Muir sendiri dalam meneliti sanad-sanad Al-Qur’an dinilai masih kurang subjektif.

Hubert Grimme

Hubert Grimme lahir 24 Januari 1864 di Paderborn, Jerman dan meninggal pada 5 September 1942. Hubbert muncul sebagai seorang tokoh pengkaji Al-Qur’an dan Alkitab. Sebagai seorang peneliti, Grimme juga berfokus pada bidang keilmuan yang lainnya, seperti linguistic oriental, studi budaya, dan agama. Eksistensi karya besarnya ialah On Mohammed and the Theology

Kajian Grimme memiliki fokus yang sama seperti Muir yakni kajian mengenai kronologi turunnya surah-surah pada Al-Qur’an. Kronologi yang disediakan oleh Hubert Grimme didasarkan pada setiap tahapan ajaran kemudian dituangkan oleh setiap surat. Menurut pemikiran dan anggapan Grimme terkait periodisasi dan golongan surat dalam Al-Qur’an, dikatakan bahwa jenis surat Makkiyah terbagi menjadi dua kategori, ialah kategori Makkiyah Pertama, dan kategori Makkiyah Kedua. Kemudian diketahui bahwa di antara kedua kategori surat ini terdapat sekelompok surat yang menjadi jembatan di antara kedua kategori surah tersebut.

Kajian Grimme memiliki fokus yang sama seperti Muir yakni kajian mengenai kronologi turunnya surah-surah pada Al-Qur’an. Kronologi yang disediakan oleh Hubert Grimme didasarkan pada setiap tahapan ajaran kemudian dituangkan oleh setiap surat. Menurut pemikiran dan anggapan Grimme terkait periodisasi dan golongan surat dalam Al-Qur’an, dikatakan bahwa jenis surat Makkiyah terbagi menjadi dua kategori, ialah kategori Makkiyah Pertama, dan kategori Makkiyah Kedua. Kemudian diketahui bahwa di antara kedua kategori surat ini terdapat sekelompok surat yang menjadi “jembatan” di antara kedua kategori surat tersebut. 

Qur’an surah yang termasuk dalam kategori Makkiyah Pertama ini mengandung ajaran seputar tauhid, kebangkitan, penghakiman kiamat, hadiah kebahagiaan, semua berkatnya atau pembalasan atas penderitaan dan segala siksaan, manusia diberi kebebasan. Pada kategori ini juga disebutkan oleh Grimme bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai seorang Nabi, melainkan sebagai seorang penceramah.

Saat menengahi kategori Makkiyah Pertama dengan kelompok surah Makkiyah Kedua, terdapat suatu keterangan yang berdasarkan pada surat yang berisi keterangan tentang penghakiman hari akhir yang kedatangannya semakin dekat, dan ada berbagai keterangan tentang beberapa macam hukuman yang ditujukan kepada mereka yang tidak berkehendak untuk percaya. Namun kategori Makkiyah Kedua penuh dengan perkenalan Tuhan penuh cinta dan kasih sayang. Maka Allah SWT memiliki nama atau gelar khusus untuknya, ialah ar-Rahman yang artinya kasih sayang dan cinta kasih untuk semesta dan segala isinya tanpa ada pengecualian. Surat-surat yang diturunkan dalam kelompok semakin jelas menunjukkan bahwa adanya pesan dari Muhammad dengan memasukkan kembali kisah para Rasul awal

Untuk lebih jelasnya, berikut merupakan himpunan aransemen Grimme terhadap periodisasi pewahyuan dalam Al-Qur’an yang terbagi menjadi empat bagian, ialah:

  1. Periode Mekkah Pertama yang berisikan empat puluh surat yang diuraikan sebagai berikut: al-Lahab,al-Ma’un, Quraisy, al-Fil, al-Humazah, al-‘Asr (kecuali ayat 3 belakangan), at-Takasur, al-Qari’ah, al-‘Adiyat, al-Zalzalah, al-Kausar, al-‘Alaq, at-Tin, al-Insyirah, ad-Dhuha, al-Lail, asy-Syams, al-Balad, al-Fajr, al-Ghasyiyah, al-A’la (kecuali ayat 7 termasuk kategori Madaniyah), at-Thariq, al-Buruj (ayat 8-11 belakangan), al-Insyiqaq (ayat 25 belakangan), al-Tatfif, al-Infitar, at-Takwir (ayat 29 belakangan),’Abasa, an-Nazi’at, an-Naba (ayat 37-38 belakangan), al-Mursalat, al-Insan (ayat 30-31 belakangan), al-Qiyamah, al-Mudassir (ayat 55 belakangan), al-Muzammil, (ayat 20 Madaniyah), al-Ma’arij, al-Haqqah, al-Qalam, an-Nas, dan al-Falaq (Grimme, 1895).
  2. Periode pertengahan yang berisi sepuluh surat dan berperan sebagai penengah antara periode Mekkah Pertama dengan Mekkah Kedua, ialah: al-Waqiah, ar-Rahman, al-Qomar, an-Najm (ayat 21-23 dan 27-73 belakangan), at-Tur, az-Dzariyat, Qaf, al-Hijr, al-Hajj (ayat 25-42 dan 76-78 Madaniyah),dan Ibrahim (ayat 38-42 Madaniyah).
  3. Memasuki periode Mekah Kedua yang diindikasikan dengan adanya empat puluh dua surat, diantaranya: al-Ahqaf, al-Jin, al-Jasiyah, ad-Dukhan, Fusilat, al-Qadr, Ghafir, az-Zumar, Shad, as-Saffat, Yaasin, Fatir, Saba’, al-Ahzab, as-Sajadah, Luqman. Al-Mulk, ar-Rum, al-Ankabut (ayat 1-2, 45-46 dan 69 Madaniyah), al-Qasas, an-Naml, asy-Syu’ara, Nuh, al-Furqan, Thaha, al-Mu’minun, az-Zukhruf, al-Anbiya, Maryam, al-Fatihah, Yunus, al-A’raf (ayat 156-158 Madaniyah, al-An’am, al-Bayyinah, al-Ikhlas,dan al-Kafirun.
  4. Periode terakhir yang disebut dengan Periode Madinah. Terdiri dari dua puluh dua surat yang terbagi menjadi empat urutan cerita, ialah:
  • Dimulai ketika hijrahnya ke kota Madinah hingga terjadinya Perang Badar. Pewahyuan tersebut berada di dalam surat al-Baqarah (ayat 192-196 belakangan), al-Jumu’ah, al-Ma’idah (ayat 15-88 dan ayat 108-120), dan Muhammad.
  • Pada saat Perang Badar hingga Perang Uhud, terdapat pada surat al-Anfal, an-Nur,dan  al-Hasyr.
  • Dilanjut dari kejadian Perang Uhud hingga Fathu Makkah, terletak pada surat Ali Imran, al-Ankabut (ayat 1-2, 45-46, dan 69), an-Nisa, al-Hadid, at-Taghabun, as-Saff, al-Mumtahanah, al-Mujadilah, at-Talaq, al-Ahzab, al-Hujurat, an-Nasr, al-Fath, al-Ma’idah (ayat 1-14), at-Tahrim, dan at-Taubah (ayat 1-24).

Terakhir, setelah terjadinya peristiwa Fathu Makkah terdapat pada surat at-Taubah (ayat 25-124 dan ayat 125-129 turun sebelumnya).

Kronologi yang dibawakan oleh Grimme sendiri masih banyak terpengaruh dalam pemikirannya oleh periodesasi pewahyuan Al-Qur’an yang dicetuskan Noldeke. Hal tersebut diindikasikan pada ditemukannya beberapa persamaan antara kedua pemikiran tokoh tersebut terutama pada periode Madinah dan juga kesamaan paradigma secara fundamental tentang keotentikan wahyu serta validitas sumber-sumber tradisional Islam. Kemudian dalam aransemen pada periode Mekkah, terdapat adanya perbedaan yang cukup kontras dikarenakan fokus aransemen Grimme hanya terpaku pada sifat doktrinal yang sejalan dengan perkembangan perjuangan tujuan Nabi Muhammad SAW tanpa eksistensial integrasi dengan sifat dan acuan yang lainnya. Akibatnya, konsep dan teori periodesasi pewahyuan Al-Qur’an yang dikemukakan oleh Grimme dinilai kurang diterima oleh para tokoh akademis Barat dan sarjana Muslim pada saat itu.

Dalam segi penyusunan kronologi pewahyuan Al-Qur’an yang diaransemen oleh Grimme, pada praktiknya ia dipengaruhi oleh metode yang ditawarkan oleh tokoh orientalis sebelumnya, ialah Gustav Weil. Weil dalam segi pengurutan susunan surat cenderung mengarah kepada ayat dan juga surat yang isinya lebih panjang atau disebut juga sebagai gerak maju. Padahal seperti yang diungkapkan oleh Adnan Kamal dalam karyanya disebutkan bahwa metode yang digunakan Weil merupakan titik kelemahan primer dalam teori yang disampaikannya tentang penyusunan kronologi surat-surat dalam Al-Qur’an. Lalu metode penyusunan yang diusung oleh Grimme pun tidak jauh berbeda dengan yang diaplikasikan oleh Weil. Metode penyusunan kronologi surat-surat yang dibawakan oleh Grimme ialah dimulai dari surat yang paling belakang dan maju hingga ke depan (surat dan ayat yang cenderung panjang).

Menurut hasil kajian pemikiran yang dicetuskan oleh Grimme terkait periodesasi pewahyuan Al-Qur’an, diketahui bahwa terdapat suatu anggapan-anggapan liar Grimme dalam memandang dan menilai sosok Nabi Muhammad SAW. Menurut pandangannya, Nabi Muhammad SAW. merupakan seorang pendakwah dan bukan merupakan seorang utusan Allah. Dikatakan juga bahwa manusia memiliki kebebasan untuk beriman atau tidak terhadap Allah. Anggapan Grimme sudah jelas bersinggungan dengan keterangan yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Berdasarkan pada anggapan pribadinya tersebut, secara tidak langsung telah menuai adanya kontroversi di kalangan tokoh dan cendekiawan Muslim.

Terlepas dari anggapan liar Grimme seperti yang telah dijelaskan di atas, Grimme pun memiliki suatu kelebihan dalam meneliti tentang kronologi pewahyuan Al-Qur’an ialah diketahui bahwa ia mampu memahami terkait konsep Asbabun Nuzul. Hal itu dapat diketahui dengan aransemen Grimme terhadap ayat-ayat tertentu yang dalam segi status jenis suratnya tidak sesuai dengan status suratnya. Ia juga beranggapan bahwa eksistensi surat dalam Al-Qur’an dijadikan sebagai konstituen wahyu yang bersifat otentik.

Meninjau terkait teori kronologi pewahyuan Al-Qur’an yang dikemukakan oleh tokoh orientalis, ialah Sir William Muir dan Hubert Grimme dapat ditarik sebuah konklusi dari dua sisi. Sisi pertama ialah dari Muir yang berpendapat bahwa golongan Makkiyah terdiri dari sembilan puluh tiga surat dan golongan surat Madaniyah terdiri dari dua puluh satu surat. Kemudian pada sisi kedua datang dari Grimme yang memiliki pandangan sedikit berbeda dengan Muir. Menurut Grimme, golongan surat Makkiyah terdiri dari sembilan puluh dua surat sedangkan untuk golongan surat Madaniyah terdiri dari dua puluh dua surat yang bersumber dari empat kejadian besar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kemudian dalam segi usaha aransemen Muir dan Grimme dalam penelitiannya terhadap kronologi pewahyuan Al-Qur’an terutamanya dalam periodisasi awal dikatakan bahwa terdapat keanehan karena teori kronologi yang disampaikan mereka begitu menyimpang dengan teori kronologi yang diuraikan oleh akademisi Timur dan Barat yang lainnya. Hal itu diindikasikan karena Muir dan Grimme dalam menganalisa kronologi pewahyuan Al-Qur’an hanya berusaha untuk melakukan sebuah pengembangan teori dari para tokoh peneliti pendahulunya. Namun demikian dalam golongan surat Madaniyah, teori yang disampaikan oleh Muir dan Grimme memiliki kesamaan dengan para cendekiawan dan akademisi Muslim.

Arie Riandry

Mahasiswa Studi Agama-Agama

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content