Illustration by Dika Sri Pandanari

Dalam naung pancaran pikiran kosmis Stephen Hawking merumuskan pembentukan jagat. Ia memaparkan terjadinya ruang-waktu, sejarah alternatif hingga Theory of Everything dalam kesatuan dengan alam raya. Salah satu pengandaian Hawking yang menjadi pusat perhatian zaman adalah Sistem Rancangan Agung. Pemodelan Hawking menjabarkan bagaimana fisika berperan dalam sistem pencarian keberadaan semesta. Percobaan dan skema konseptual memenuhi teorema-teorema penciptaan dan proses mengada dari semesta.

Selama ini kaum rasionalis menilai bahwa sainstis alam bertumpu pada ilmu-ilmu positif. Sementara perkembangan ilmu pengetahuan memperkenalkan manusia pada disposisi baru yaitu fisika kuantum. Fisika kuantum melebihi sains klasik yang terwakilkan oleh rumusan Isaac Newton. Pertemuan manusia dengan fisika kuantum kemudian menjawab berbagai kemungkinan, sekaligus mematahkan pengalaman biasa dan intuisi sebagai dasar kebenaran. Menurut Hawking, fisika Newton berada dalam keseluruhan fisika kuantum. Kemungkinan yang hadir dalam fisika kuantum lebih kaya dan tak terprediksi dibanding pola-pola yang dilahirkan mahzab positivisme.

Fisika klasik dijabarkan sebagai detail keseharian yang diibaratkan molekul H2O, sementara fisika kuantum sebagai kerangka sekaligus wadah bagi fisika klasik ibarat danau. Memahami satu partikel kecil tidak akan memperjelas bagaimana sebuah danau berproses, seperti kebenaran Kantian yang hanya merupakan salah satu titik di tengah kemungkinan metafisika modern. Kebenaran dari gambaran alam semesta dan realitas tidak terumuskan dalam suatu kemungkinan positif. Richard Feynman, seorang fisikawan Amerika menyatakan bahwa kemungkinan fisika kuantum merupakan suatu misteri. Berjalannya waktu baik maju dan mundur adalah hal tak terprediksi. Sehubungan posisi fisika kuantum dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan gerak dunia, tidak ada kemungkinan yang tidak terprediksi. Namun keseluruhannya berjumlah lebih besar dibanding kemampuan kita dalam menguji.

Pendiri LSF Discourse dan saat ini menjadi penasihat lembaga. Pimpinan Redaksi lsfdiscourse.org dan penerbit Discourse Book. Mengajar di Universitas Bina Nusantara Malang.

Berikan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.