Don’t Look Up: Matinya Kepakaran dan Demokrasi

Don’t Look Up hendak menunjukkan bagaimana keketatan metodologis diinjak-injak oleh kepentingan pragmatis.
Don't Look Up - Credit Netflix
Don't Look Up - Credit Netflix

Don’t Look Up menceritakan tentang dua ahli astronomi yang menemukan komet besar jatuh yang mengarah ke bumi.  Dua ahli tersebut adalah Dr. Randall Mindy seorang dosen astronomi dari Universitas Michigan dan seorang calon PhD di bidang astronomi, Kate Dabiasky. Kate yang sedang melakukan penelitian untuk mendapatkan gelar PhD-nya tidak sengaja menemukan komet besar jatuh yang kebetulan mengarah ke bumi. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukannya berkali-kali—dengan hasil yang sama—bersama Dr. Mindy, komet besar tersebut berukuran 5—10 km dan akan menabrak bumi tepat dalam waktu enam bulan empat belas hari. Dalam kurun waktu inilah mereka berdua berjuang meyakinkan masyarakat dan pemerintah AS untuk mengambil kebijakan yang tepat. Melalui perjuangan dua ilmuwan besar ini pula bagaimana bobroknya pemerintahan ditunjukkan dalam film Don’t Look Up.

Niat baik untuk memberitahu orang di sekitar kita bahwa akan ada komet besar yang jatuh dari luar angkasa dan akan menghancurkan bumi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ejekan ketidakpercayaan, skeptisisme terhadap kapasitas intelektual sebagai ilmuwan dan berbagai konflik kepentingan siap menghadang. Namun berbagai upaya tetap dilakukan oleh dua ilmuwan astronomi yang namanya sudah penulis wartakan di muka.

Kate dan Dr. Mindy didampingi oleh Dr. Oglethorpe, kepala Kantor Koordinasi Pertahanan Planet, sebuah lembaga di bawah naungan NASA, sempat beberapa kali bertemu dengan Presiden Orlean dan memberitahukan terkait informasi jatuhnya komet raksasa yang mengarah ke bumi. Namun, alih-alih mendapatkan perhatian serius, Presiden justru mengejek Kate dan Dr. Mindy. Presiden mempertanyakan kapasitas intelektual Kate dan Dr. Mindy. Selain itu, Presiden juga menganggap masalah komet tersebut hanyalah masalah biasa sama seperti masalah polusi, pemanasan global, kelaparan dan sebagainya. Bukan tanpa alasan Presiden bersikap acuh terhadap berbagai permasalahan tersebut, mengingat waktu pelaksanaan pemilu yang sudah dekat. Presiden lebih memilih untuk membantu kampanye anaknya, Jason Orlean, yang akan mencalonkan diri sebagai Presiden di periode pemerintahan selanjutnya. Pada akhirnya, Presiden memberikan arahan untuk hanya diam dan amati pada Kate, Dr. Mindy dan pada NASA melalui Dr. Oglethorpe.

Tidak puas dengan tanggapan Presiden, Kate dan Dr. Mindy berusaha menempuh cara lain dengan mengikuti acara talkshow di tv untuk memberitahu publik langsung. Namun sama seperti respons Presiden, hasilnya nihil. Publik lebih menyukai informasi-informasi sensasional tentang artis dan kehidupan kasmarannya. Informasi yang disampaikan oleh Kate dan Dr. Mindy tenggelam oleh informasi-informasi tidak penting. Bahkan, setelah acara talkshow tersebut selesai, Kate justru menjadi bahan ejekan publik karena dianggap sebagai nenek sihir yang meramal akhir dari dunia adalah disebabkan karena adanya komet raksasa yang menabrak bumi.

Dalam konsep negara modern-demokratis, terdapat setidaknya salah satu indikator penting dalam proses menjalankan pemerintahan yaitu partisipasi publik atau civil society di samping beberapa indikator lainnya; menerapkan sistem pemisahan kekuasaan atau trias politica ala Montesquieu, pemerintahan berdasarkan undang-undang dan menegakkan prinsip-prinsip hak asasi manusia.

Pentingnya partisipasi civil society dalam proses pengambilan kebijakan publik tentunya berhubungan dengan konsep demokrasi itu sendiri. Secara umum, demokrasi sering dimaknai sebagai, “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Kekuasaan dan kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Menurut A. Hoogerwerf demokrasi adalah, “cara pembentukan kebijakan yang ada selama anggota-anggota suatu kelompok mempunyai kemungkinan untuk mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung isi, proses dan dampak dari kebijakan itu.” Dapat ditegaskan bahwa dalam negara demokratis, sebagaimana AS, negara asal Kate dan Dr. Mindy, posisi civil society dalam pengambilan kebijakan adalah sebagai subjek bukan hanya sebatas objek untuk menunjang elektabilitas atau hanya dijadikan konsumen untuk mendulang keuntungan kapital.

Meskipun pada akhirnya Presiden menyetujui untuk menghancurkan komet raksasa tersebut dengan nuklir sebelum mencapai bumi, itu pun dalam rangka mencapai kepentingan pragmatis. Peter Isherwell, CEO BASH, sebuah perusahaan ponsel dan komputer raksasa sekaligus penyumbang dana platinum untuk kampanye Jason Orlean, anak Presiden menginformasikan bahwa terdapat banyak mineral langka di dalam komet tersebut. Selain itu, elektabilitas Jason Orlean diketahui menurun karena diketahui bahwa Presiden sebagai orang tua dari Jason Orlean, terbukti mengirim foto kemaluannya pada pacarnya, Sherif Conlon. Terungkap bahwa tujuan utama dari Presiden bukanlah untuk menghancurkan komet sebelum menabrak bumi, melainkan; a) menaikkan kembali elektabilitas anaknya, Jason Orlean, yang mencalonkan diri sebagai Presiden periode berikutnya dan b) mengambil mineral langka di dalam komet.

Pada akhir film ditunjukkan bahwa upaya dari Presiden untuk mengambil mineral langka di dalam komet tersebut gagal dan bumi beserta kehidupan di dalamnya berakhir ditabrak oleh komet raksasa yang belum sempurna dihancurkan. Don’t Look Up hendak menunjukkan bagaimana keketatan metodologis diinjak-injak oleh kepentingan pragmatis. Hendak menunjukkan bagaimana nasib umat manusia, ditentukan oleh segelintir pengambil kebijakan yang culas—selanjutnya digambarkan sebagai pemerintah—yang mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri.

Referensi

Dini Suryani, Fathimah Fildzah Izzati, Imam Syafi’i, Pandu Yuhsina Adaba dan Septi Satriani (2019). Kemunduran Demokrasi Tata Kelola SDA: Penguatan Oligarki dan Pelemahan Partisipasi Civil SocietyJurnal Penelitian Politik, 18(2), pp.173–190. doi:https://doi.org/10.14203/jpp.v18i2.1032.

Budiardjo, Miriam (2013). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia. Jakarta, hlm. 57—58. 

A. Hoogerwerf (1985). Politikologi, terj. R.L.L. Tobing. Erlangga. Jakarta, hlm. 174—175.

Anggota Lingkar Studi Filsafat Discourse. Mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Brawijaya.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content