Dunia Jujutsu Kaisen, Dualisme atau Fisikalisme?

Pada saat Mahito bertemu dengan Nanami, Ia bertanya pada Nanami "mana yang ada lebih dahulu, jiwa atau tubuh ?"
Dunia Jujutsu Kaisen
Dunia Jujutsu Kaisen

Jujutsu Kaisen adalah sebuah komik shonen asal Jepang yang bercerita tentang perjalanan penyihir (shaman) dalam membasmi roh terkutuk. Secara umum ketika membahas mengenai penyihir dan roh dalam anime, game, ataupun novel maka hal yang menjadi kekuatan utama dalam dunia tersebut adalah peran spirit atau jiwa. Hal yang menarik dari Jujutsu Kaisen adalah menggabungkan elemen peran spirit atau jiwa dan tubuh sebagai pendasaran kekuatan dalam dunia Jujutsu Kaisen. Pendasaran kekuatan ini bahkan cenderung saling berhimpitan sehingga beberapa karakter dalam dunia Jujutsu Kaisen mempertanyakan “apakah jiwa dan tubuh merupakan hal yang sama ?”

Tulisan ini akan membahas aspek filsafat pikiran dalam dunia Jujutsu Kaisen. Sebagai batas permasalahan tulisan ini tidak akan membahas apa yang terjadi di dunia aktual/dunia kita. Fokus tulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana permasalahan filsafat pikiran dijelaskan dalam dunia Jujutsu Kaisen khususnya mengenai pandangan dualisme dan fisikalisme.

Pertanyan yang mendasari filsafat pikiran datang dari salah satu karakter dalam Jujutsu Kaisen yaitu Mahito. Mahito adalah sebuah roh terkutuk manusia. Pada saat Mahito bertemu dengan Nanami, Ia bertanya pada Nanami “mana yang ada lebih dahulu, jiwa atau tubuh ?”. Pertanyaan ini memancing penulis mencoba menanyakan pertanyaan yang lebih mendasar yaitu “Apakah dualitas tubuh dan jiwa berlaku pada dunia Jujutsu Kaisen ?”

Tentu saja jawabannya “Ya”. pandangan semacam ini berlaku pada dunia Jujutsu Hal ini ditunjukkan dengan roh atau jiwa memiliki kesadaran tanpa memerlukan tubuh biologis untuk eksis. Pandangan dualitas antara tubuh dan jiwa menjadi pandangan yang mendasari  pembentukan dunia Jujutsu Kaisen. Contoh paling sederhana adalah adanya roh terkutuk dengan kesadaran. Roh terkutuk berasal dari emosi negatif manusia berupa kebencian atau kesedihan terhadap hal tertentu. Ketika akumulasi dari emosi negatif semakin kuat maka akan terbentuk entitas baru yang disebut roh terkutuk. Misalnya ketika manusia membenci serangga dan cukup banyak orang yang membenci serangga maka akan terbentuk roh terkutuk serangga. Kekuatan roh terkutuk serangga didasarkan pada banyaknya orang yang membenci serangga. Jadi ketika banyak orang yang membenci serangga maka roh terkutuk serangga akan semakin kuat.

Namun tidak semua orang bisa melihat roh terkutuk. Dalam dunia Jujutsu Kaisen manusia dikategorikan ke dalam dua kelompok. Pertama penyihir, manusia yang dikategorikan sebagai penyihir memiliki kekuatan untuk melihat roh terkutuk dan memanipulasi energi terkutuk. Energi terkutuk adalah sumber kekuatan utama di dunia Jujutsu Kaisen, energi ini terbentuk oleh emosi negatif manusia seperti kesedihan, kemarahan, ketakutan, rasa bersalah, iri hati, kebencian, dan kerakusan. Kelompok kedua yaitu non penyihir, manusia yang dikategorikan sebagai non penyihir merupakan manusia biasa yang tidak dapat melihat roh terkutuk dan tidak bisa memanipulasi energi terkutuk. Hal utama yang membedakan antara penyihir dan non penyihir adalah kemampuan untuk memanipulasi energi terkutuk.

Sedangkan secara biologis hal yang membedakan antara penyihir dan non penyihir adalah struktur otak. Memang tidak dijelaskan secara detail apa hubungan antara otak dengan kemampuan penyihir. Namun yang perlu dipahami di sini adalah bahwa pemahaman semacam fisikalisme juga berlaku pada dunia Jujutsu Kaisen selain paham dualisme. Pandangan fisikalisme adalah pandangan yang percaya bahwa seluruh hal di dunia bersifat fisik. Dalam dunia Jujutsu ditunjukkan bahwa penyihir hanya dapat lahir dari seorang yang memiliki genetik sebagai penyihir. Artinya bahwa hal-hal yang mempengaruhi kesadaran penyihir dan non- penyihir ditentukan oleh otak bukan oleh hal-hal yang bersifat spiritual.

Selanjutnya apakah pandangan dualisme dan fisikalisme dapat berlaku pada dunia yang sama? Jawabannya tentu “Tidak”. Tidak mungkin pandangan dualisme dan fisikalisme berlaku dalam satu dunia hal ini karena akan menyebabkan kontradiksi dalam mendefinisikan entitas spiritual. Secara mudah dalam pandangan dualisme terdapat dua entitas yaitu fisik dan jiwa/spirit. Sedangkan padangan fisikalisme hanya ada entitas fisik. Ketika bertanya “apakah ada entitas jiwa/spirit ?” kepada seseorang fisikalis. Tentu fisikalis akan menjawab “tidak ada”. Jawaban ini merupakan bukti bahwa tidak mungkin dualisme dan fisikalisme ada dalam satu pandangan sekaligus. Karena tidak mungkin pandangan dualisme berlaku tanpa adanya entitas jiwa/spirit. Maka dari itu hanya satu kemungkinan pandangan yang berlaku dalam dunia Jujutsu Kaisen yaitu antara dualisme atau fisikalisme.

Jika pandangan dualisme berlaku secara konsisten pada dunia Jujutsu Kaisen, maka peran dari jiwa bukanlah seperti halnya hantu dalam mesin. Jiwa menjadi hal utama yang mempengaruhi kinerja tubuh dan kesadaran. Dijelaskan dalam dunia Jujutsu Kaisen bahwa penyihir dan non penyihir memiliki kapasitas untuk mengeluarkan energi terkutuk yang berasal dari emosi negatif. Perbedaannya pada non penyihir emosi negatif tidak dapat dikendalikan sehingga menyebar ke lingkungan. Emosi yang menyebar ini merupakan hal yang bersifat spiritual sehingga ketika cukup banyak energi terkutuk dalam lingkungan tertentu akan melahirkan roh terkutuk. Dalam hal ini jiwa dapat dilihat sebagai entitas mekanis yang mengendalikan tubuh. Namun tubuh dan jiwa ini tidak dapat dipisahkan sebagai suatu kesatuan. Hal ini terjadi misalnya ketika tokoh utama Yuji memakan jari Sukuna (raja roh terkutuk), terdapat dua jiwa dalam tubuh Yuji yaitu Yuji dan Sukuna.

Sedangkan jika fisikalisme berlaku secara konsisten di dunia Jujutsu Kaisen, maka kita perlu melihat perbedaan kategori penyihir dan non penyihir sebagai perbedaan kelas yang canggih seperti kita melihat manusia dan kera. Yang perlu ditekankan di sini adalah perbedaan tubuh dalam hal ini otak penyihir dan non penyihir membuat perbedaan kesadaran. Seperti halnya apa yang disadari manusia dan apa yang disadari kera jelas berbeda. Setidaknya hal ini ditunjukkan oleh potensi kognitif yang berbeda. Dengan cara pandang semacam ini tentunya perbedaan antara penyihir dan non penyihir dalam melihat roh terkutuk ada dalam proses kesadaran yang dipengaruhi oleh struktur otak. Sehingga kita bisa mengabaikan bahwa roh terkutuk bersifat spiritual.

Widyan Hirzi

Widyan Hirzi saat ini menjadi ketua Departemen Pendidikan di Lingkar Studi Filsafat Discourse (LSF Discourse) dan sedang menempuh studi teknik sipil di Universitas Negeri Malang.

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content