Endangered Species Awareness
Endangered Species Awareness karya Robin Wood

Manusia menurut pandangan Plato

Manusia adalah makhluk ciptaan yang paling sempurna, keberadaannya di dunia ini menunjukkan suatu perjalanan sejarah yang sangat panjang. Plato menyebutkan bahwa manusia terdiri dari roh dan badan, keduanya dipandang sebagai dua kenyataan yang mesti dibedakan dan dipisahkan. Plato juga menjelaskan mengenai realitas manusia yang sesungguhnya adalah jiwa. Melalui pernyataan tersebut Plato menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk ganda. Ia memiliki tubuh yang berubah dan tidak terpisahkan dengan indra. Semua yang manusia punya didasarkan pada tubuh, dan karenanya tidak dapat dipercaya. Namun, manusia memiliki jiwa yang abadi, sehingga jiwa ini menjadi dunia bagi akal.

Menurut Plato, jiwa dapat menyelidiki dunia ide dan martabat manusia sebagai pribadi yang tidak terbatas pada kemuliaan persatuan jiwa dan raga. Jiwa telah berada lebih dahulu sebelum datang ke dunia dan disatukan dengan badan. Bagi Plato, yang disebut sebagai manusia adalah jiwa itu sendiri, sedangkan badan dianggap sebagai alat yang berguna sewaktu masih hidup di dunia ini. Maka, dalam pandangan interaksionisme, Platonisme, dan Cartesian, badan dan jiwa terbentuk dari dua substansi lengkap yang saling mempengaruhi. Ajaran ini sering disebut Dualisme atau teori roh di dalam mesin. Selanjutnya Thomas Aquinas juga menyebutkan bahwa jiwa mempunyai hubungan transedental dengan materi. Keadaan ini merupakan suatu unsur konstitutif dari jiwa dan termasuk kodrat itu sendiri.

Filsafat ketuhanan dan hubungannya dengan manusia

Filsafat ketuhanan merupakan pemikiran kritis, sistematis, metodis, dan mendasar tentang Tuhan. Dalam kepercayaannya, manusia berurusan dengan bagaimana kepercayaannya akan Tuhan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Salah satu objek yang paling mendasar ialah kesadaran manusia itu tentang Tuhan. Kesadaran manusia tentang Tuhan yang banyak dipermasalahkan dalam filsafat ketuhanan adalah soal keberadaan Tuhan itu sendiri. Kesadaran tersebut misalnya seperti yang ditemukan dalam agama maupun pengertian manusia tentang Tuhan. Tuhan tidak pernah menjadi bahan penyelidikan secara langsung, sehingga filsafat ketuhanan hanya dapat memiliki batas berupa refleksi atas fenomena kesadaran manusia tentang Tuhan. Munculnya ide tentang Tuhan pada manusia merupakan suatu fakta, sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk mengerti.

Kesadaran ini menunjukkan kemampuan yang dimiliki manusia dapat melampaui dirinya sendiri. Seandainya manusia dapat berjumpa dengan realitas yang diketahui sebagai Tuhan, manusia dapat bertanya kepada-Nya untuk mengerti pun di sisi lain manusia yang percaya akan Tuhan bisa saja mengabaikan dorongan untuk mengerti hal tersebut. Namun, ketika manusia menanggapi dorongan inteleknya untuk memahami sesuatu yang dipercayainya, maka manusia tengah melakukan suatu refleksi. Dalam refleksi tersebut manusia dapat mencari dan mengembangkan pertanyaan, sehingga dengan demikian jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemukan kebenarannya. Kesadaran akan hadirnya Tuhan dalam kehidupan manusia menjadi suatu yang sangat luar biasa, sebab kenyataan tersebut merupakan hasil dari buah refleksi manusia itu sendiri.

Manusia dan alam

Alam semesta merupakan tempat di mana manusia berada. Alam semesta menjadi sahabat bagi manusia, karena melalui alam manusia bisa mendapatkan sumber kehidupan yang nyaman. Ketika manusia menyadari hidupnya dalam kesalingterhubungan dengan segala realitas yang ada di sekitarnya, maka muncullah usaha untuk memahami segala realitas itu. Tema ini sangat menarik perhatian kita sebagai pembaca untuk mengetahui tentang alam dinamis dan metaforis. Alam semesta selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu, sehingga perubahan tersebut membuat kita menyadari bahwa segala sesuatu itu berubah dengan segala sebab dan akibat.

Alam semesta menyimpan segala macam keindahan agar manusia bisa melihat dan menikmati keindahannya. Namun keserakahan manusia menyebabkan alam menjadi rusak. Perbuatan manusia tersebut tentunya mengancam keberadaan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai merasa terancam dan mulai merasa tidak aman untuk menempati dunia ini, manusia akan melakukan segala upaya untuk mencari kenyamanan. Padahal manusia sendirilah yang membuat hidupnya terancam di dunia ini. Jika alam semesta ini terus-terusan di rusak, maka musibah buruk atau malapetaka akan menimpa manusia itu sendiri. Manusia seharusnya menghentikan tindakan yang tidak terpuji itu supaya alam semesta menjadi indah kembali seperti semula, sehingga dengan demikian manusia pun bisa merasakan kenyamanan dalam hidup bersama.

Metafisika Aristoteles

Kenyataan hidup manusia saat ini adalah memikirkan dirinya yang belum diketahui asal-usulnya dan sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang semakin berkepanjangan. Namun keberadaan manusia di dunia ini sangat mempengaruhi segala apa yang ada. Menurut Martin Heidegger mengada menjadi peziarahan terus-menerus manusia dan kematian yang bisa menghentikannya. Melalui pernyataan Heidegger tersebut sangat jelas bahwa manusia sepanjang hidupnya melakukan penziarahan di dunia ini, guna mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan dan mendapatkan kepuasannya di dalam dunia ini. Sebagai makhluk yang memiliki akal budi, manusia seharusnya bisa melakukan apa yang baik bagi dirinya maupun bagi orang yang ada di sekitarnya. Sementara menurut pandangan Aquinas manusia ada karena Sang pengada ialah, Allah. Pandangan itulah yang mengarahkan manusia pada kesadaran, bahwa dirinya patut mensyukuri keberadaannya sebagai makhluk yang berakal budi.

Metafisika Aristoteles merupakan kritik terhadap dualisme Plato. Dalam teori dualisme tersebut Plato ingin menjelaskan sifat alami benda-benda, namun dia menganggap benda alami tersebut merupakan tiruan yang tidak berarti. Kemudian Aristoteles berpendapat bahwa benda merupakan kesatuan materi dan bentuk. Bentuk benda ada dalam benda itu sendiri bukan dia atas sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato. Metafisika Aristoteles dan relevansinya terhadap pengetahuan modern disatukan pada karakteristik yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan modern, di mana di antaranya memiliki sifat objektif, rasional, dan universal.

Etika sebagai filsafat moral

Etika adalah filsafat tentang nilai baik dan buruk. Selain itu, etika juga merupakan pengetahuan tentang nilai itu sendiri. Etika masuk ke dalam filsafat moral yang membahas nilai-nilai dan ide-ide dari manusia. Tingkah laku manusia akan diselidiki oleh etika secara menyeluruh. Etika juga merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan, perkembangan itu sendiri memunculkan implikasi-implikasi pengetahuan yang sangat beragam, sehingga hal tersebut mempengaruhi kehidupan manusia secara mendalam. Salah satu konsep etika sebagai bidang kajian filsafat, khususnya filsafat moral, etika sudah lama menjadi perbincangan dalam wacana intelektual para filsuf.

Etika telah menjadi pusat perhatian sejak jaman Yunani kuno, sampai saat ini etika masih menjadi bidang kajian yang menarik. Bahkan dianggap semakin penting untuk tidak sekedar dibicarakan dalam kalangan akademik, tetapi juga dipraktikkan dalam kegiatan sehari-hari. Etika dianggap sangat mempengaruhi perilaku manusia, baik secara individual maupun dalam kelompok masyarakat, bahkan mencakup seluruh umat manusia. Melalui perkembangannya, etika dipandang sebagai norma-norma moralitas manusia dan seni untuk bertingkah laku dengan baik. Perilaku baik mencerminkan moralitas yang baik, maka etika harus ditanamkan dalam setiap pribadi manusia karena, etika mempengaruhi perilaku manusia. Berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh Aquinas bahwa kebaikan itu berasal dari Allah. Maka sangat jelas bahwa sumber kebaikan itu adalah Allah sendiri.

Andi Prayoga

Mahasiswa Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana, Malang.

satu Respon

Berikan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.