Teori Ilmiah: Produk Mewah Sains

Sains akan selalu mendapatkan akses terbaiknya untuk memahami kompleksitas dunia ini ketika suatu teori tidak menutup diri untuk dibuktikan kebenarannya, melainkan melalui serangkaian pengujian yang coba untuk menyalahkan teori tersebut.
Karikatur Rudolph Carnap

Sains—khususnya sains empiris—adalah sebuah bangunan kompleks yang terdiri dari banyak komponen berbeda, seperti: instrumen dan metode observasi, eksperimen, penerapan teknologi, aspek-aspek metodologis dan etika, asumsi ideologis atau metafisik yang mendasarinya, serta komunitas ilmiah yang mempelajarinya. Namun yang terpenting, sains empiris terdiri dari entitas abstrak tertentu yang dikenal sebagai teori. Instrumen, metode, nilai, tujuan, komunitas penelitian, dan lainnya hanya masuk akal jika dikaitkan dengan teori tertentu yang diterima dan digunakan oleh para ilmuwan. Pengertian teori ilmiah sangat penting untuk memahami hakikat ilmu empiris. Oleh karena itu, sangat penting bagi filsafat ilmu untuk memperjelas seperti apa teori (ilmiah) itu, dan bagaimana cara kerja darinya.

Sejak awal, sains dimaksudkan untuk memahami suatu fenomena yang mampu ditangkap melalui indra manusia. Dalam filsafat, secara umum disepakati bahwa gagasan tentang “pengalaman absolut”, yang sepenuhnya independen dari pertimbangan teoritis apapun, tidak dapat dipertahankan, setidaknya dalam sains. Oleh karena itu, ada dua pertanyaan yang menjadi sentral pembahasan hakikat dari ilmu empiris: 1) Apa yang dimaksud dengan teori ilmiah dan bagaimana suatu teori ilmiah itu dibangun, serta bagaimana cara kerjanya?; kemudian 2) Sejauh mana teori ilmiah mampu menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena tertentu?

Teori ilmiah bertujuan untuk menyelidiki wilayah tertentu dari pengalaman manusia sehari-hari, yang mana suatu teori bekerja dengan mengasumsikan kerangka konseptual yang spesifik berdasarkan fakta dari suatu fenomena dan telah disusun secara menyeluruh dengan membuat beberapa klaim umum mengenai variabel-variabel yang telah dipertimbangkan. Klaim umum ini adalah pernyataan yang dirumuskan dengan pengertian kerangka konseptual tertentu. Ini dapat diartikan bahwa domain pengalaman yang akan diselidiki pertama-tama harus diinterpretasikan atau direkonstruksi dalam kerangka konseptual yang telah diasumsikan (hipotesis). 

Sebuah teori didasari oleh kerangka konseptual tertentu yang melibatkan beberapa pernyataan yang berdasarkan fakta yang mampu ditangkap oleh pengalaman manusia; dan ketika pernyataan ini dapat dibenarkan melalui serangkaian pengujian atas kebenarannya, kita memperoleh pengetahuan tentang dunia. Pernyataan-pernyataan yang terkandung pada sebuah teori adalah pernyataan-pernyataan yang sifatnya a posteriori sehingga memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan yang ingin dicapai. Hal ini dikenal dengan istilah aksioma teori. Aksioma teori selalu merupakan hubungan dasar antara konsep-konsep dasar yang membentuk sebuah teori ilmiah. Setidaknya pada prinsipnya, semua pernyataan yang merupakan fakta yang ada di dunia pengalaman manusia yang ingin kita sampaikan tentang dunia, dalam teori, harus diturunkan dari aksioma tersebut.

Hal ini pada dasarnya adalah pandangan klasik induktivisme. Kebenaran, atau setidaknya “kebenaran yang mungkin”, dari suatu teori dijamin oleh sejumlah contoh positif yang cukup banyak (namun terbatas). Induksi merupakan metodologi khas ilmu empiris. Karena alasan ini, disiplin ilmu empiris seringkali dikategorikan sebagai “ilmu induktif”. Pada abad ke-20, pandangan ini secara jelas dikemukakan oleh Rudolf Carnap. Carnap bahkan mengembangkan “sistem logika induktif” yang cukup memadai yang bertujuan untuk menetapkan aturan formal yang bermaksud untuk memastikan kebenaran, atau kemungkinan kebenaran, suatu teori dari serangkaian contoh penerapan yang terbatas.

Berbeda dengan Carnap, Karl Popper, mengusulkan metodologi falsifikasionisme. Melalui metodologi tersebut, Popper mengusulkan, para ilmuwan tentunya harus berusaha mengembangkan teori-teori yang benar; namun mereka tidak akan pernah bisa memastikan bahwa teori mereka memang benar, bahkan mungkin tidak benar. Bahkan sejumlah besar contoh positif dalam penerapan suatu teori tidak menjamin penegasan kebenarannya, dan bahkan probabilitasnya. Alasannya adalah bahwa teori yang benar-benar ilmiah pada prinsipnya selalu lebih umum daripada data pengamatan yang dicakupnya pada waktu tertentu; oleh karena itu, tidak dapat dikesampingkan bahwa pengamatan baru menunjukkan bahwa teori yang diasumsikan itu salah. Yang dapat dilakukan para ilmuwan bukanlah membuktikan bahwa sebuah teori tertentu benar, namun hanya membuktikan bahwa teori tersebut salah: Sekalipun kita memiliki sejumlah besar data positif, cukup dengan mendapatkan satu kasus negatif untuk menyatakan teori tersebut salah.

Teori dibangun tidak hanya dengan tujuan untuk mengonseptualisasikan sejumlah fenomena tertentu, tetapi juga bertujuan menjelaskan, memprediksi, mengendalikan dan bahkan mungkin memanipulasi fenomena. Misalnya, kerangka konseptual mekanika klasik Newton dibuat bukan hanya demi mensistematisasikan dan menafsirkan secara konseptual pengamatan yang dilakukan atas suatu cara kerja dari gerak benda yang dapat ditangkap oleh indera manusia, namun juga untuk menjelaskan gerak benda; untuk memprediksi arah dan posisi benda apabila mendapatkan gaya gerak,; serta untuk menciptakan beberapa teknologi yang dipergunakan manusia. Penjelasan, prediksi, dan manipulasi atas fenomena tertentu yang dibuat berdasarkan teori tertentu harus sesuai—dan jika hal ini terjadi—secara intuitif kita ingin mengklaim bahwa teori tersebut benar.

Meskipun suatu teori ilmiah memiliki tujuan khusus untuk menjelaskan suatu fenomena dan diharapkan mampu untuk membantu manusia dalam memahami isi dari suatu fenomena seutuhnya, lantas tidak menutup kemungkinan bahwa suatu teori ilmiah itu mengalami kegagalan. Justru melalui teori yang terbukti gagal dalam menjelaskan anomali-anomali yang dihadapkan atasnya, perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat. Sains akan selalu mendapatkan akses terbaiknya untuk memahami kompleksitas dunia ini ketika suatu teori tidak menutup diri untuk dibuktikan kebenarannya, melainkan melalui serangkaian pengujian yang coba untuk menyalahkan teori tersebut.

Anggota Lingkar Studi Filsafat Discourse

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content