Manusia sebagai substansi
Manusia dan eksistensi
Manusia dengan substansi menandakan bahwa pada hakikatnya semua manusia adalah sama. Namun, hal tersebut tidak serta merta ditemukan dalam fenomena harafiah karena manusia memiliki berbagai kekhususan tertentu. Kekhususan ini yang menyebabkan manusia satu dan lainnya dapat dibedakan. Dengan demikian, manusia memiliki cara untuk menunjukkan dirinya. Cara atau jalan manusia untuk menunjukkan bahwa dirinya ada di dunia disebut sebagai eksistensi. Sebuah eksistensi manusia dapat diperoleh melalui berbagai cara misalnya dengan bersosialisasi atau menampilkan kriteria yang berbeda dengan manusia lain. Dalam pendasaran eksistensial setidaknya terdapat dua kekhususan manusia secara umum yaitu laki-laki dan perempuan.
Karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kecenderungan kuat untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan makhluk lainnya maka eksistensi manusia menuntut mereka untuk saling berhubungan. Hubungan ini dibentuk terlebih dahulu melalui keluarga atau persatuan laki-laki dan perempuan. Baru pada tahap berikutnya, manusia bereksistensi melalui satuan suku, bangsa, atau yang dalam masa modern disebut sebagai negara. Seseorang dapat menyatakan dirinya ada, bila ia memiliki pengakuan dari orang lain, yaitu mereka yang saling berhubungan baik dalam bentuk keluarga atau simpul yang lebih besar. Dengan jalinan eksistensi ini maka jelas bahwa pada hakikatnya seluruh substansi yang menyususn satuan keluarga, suku dan seterusnya berada dalam posisi yang sama.
Pembeda tiap substansi
Dalam konstruksi masyarakat yang lebih kompleks muncul perntanyaan: Bila seluruh komponen masyarakat memiliki substansi serta eksistensi yang sama, maka apa yang membedakan semua manusia?
Kondisi Tubuh
Yang pertama adalah kondisi fisik dimana laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan jelas. Hal tersebut disebut perbedaan yang kodrati sehingga manusia tidak mampu untuk menggantikan konsekuensi, yang menjadi konsekuensi bagi manusia. Tersebut misalnya, rahim yang hanya dimiliki oleh perempuan menjadikan perempuan memiliki kemampuan untuk mengandung. Demikian pula, laki-laki memiliki lebih banyak hormon testosteron sehingga menumbuhkan jakun dan memfungsikan organ laki-laki. Hal demikian memungkinkan laki-laki memproduksi sel sperma, sementara perempuan tidak. Perihal biologis tidak dapat dipaksakan walaupun pada perkembangannya, manusia mencoba untuk memanipulasi hal tersebut. Kodrat biologis seperti jakun, payudara, rahim dan lain sebagainya, hadir sebagai kemampuan dan potensi. Namun, penggunaannya berada pada kebebasan manusia itu sendiri. Kita tidak dapat memaksa seseorang untuk mengandung, sementara ia tidak menginginkannya. Pada akhirnya, pilihan untuk menggunakan kemampuan per individu bergantung atas kehendak pribadi. Persoalan kehendak seringkali bertentangan dengan model kuasa yang berlaku.
Pengalaman
Pengalaman berkaitan dengan konteks tempat, waktu dan kondisi seseorang. Pengalaman para perempuan di Hulu sungai Kapuas dengan perempuan di New Zealand sangat berbeda. Pengalaman seorang ibu di tahun 1920 dan seorang ibu di tahun 2020 juga akan sangat berbeda. Pengalaman ini menyangkut apa yang dimiliki oleh seorang manusia, kondisi apa yang dihadapinya, dan bagaimana ia menghadapinya. Dimensi pengalaman manusia ini yang kemudian melatarbelakangi gerakan feminisme dan maskulinisme. Gerakan-gerakan ini seharusnya tidak bertabrakan, namun justru mengangkat keunikan masing-masing. Pengalaman koki perempuan akan berbeda dengan koki laki-laki, pengalaman aktivis mahasiswa perempuan juga berbeda dengan aktivis laki-laki. Demikian selanjutnya, bila salah satu gerakan, baik feminisme atau maskulinisme saling menyerang dan melakukan proses blaming maka gerakan tersebut mengingkari dimensi pengalaman yang mana menjadi milik semua manusia.
Pilihan
Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain terlebih adalah karena manusia memiliki pertimbangan nalar dan pilihan. Manusia diciptakan dengan kemampuan rekognisi biner secara garis besar dan mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan. Resepsi informasi dan alur pemikiran seseorang dapat sangat berbeda, pun ketika semuanya mempelajari logika yang sama. Pertimbangan tersebut selain dipengaruhi oleh kemampuan internal, juga dipengaruhi oleh pengalaman. Pilihan manusia merupakan sikap, yang mana menjadi penentu bagi hadirnya pengalaman-pengalaman baru. Dalam hal ini perempuan secara khusus akan memiliki kecenderungan memilih hal yang sama dengan sesama perempuan, walaupun hal tersebut bukan sebuah keniscayaan.
Hasilnya adalah kekhasan
Melalui pengalaman dan pilihan tersebut muncul kekhasan di antara manusia. Karena laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan yang berbeda diakibatkan panggilan biologisnya, maka masing-masing di antaranya akan lebih menyerupai masing-masing gendernya. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa di antara laki-laki dan perempuan akan dapat saling bertukar kecenderungan. Sekali lagi hal tersebut dapat terjadi karena faktor dan dimensi manusia yang berbeda.
Sesekali dalam waktu tertentu muncul perdebatan mengenai kebutuhan dunia atas gerakan maskulinis dan feminis. Gerakan-gerakan tersebut muncul dari berbagai latar belakang dan dorongan tertentu. Di satu sisi, gerakan tersebut menyuarakan urgensi karena muncul kesadaran untuk menciptakan kondisi yang lebih baik, sebut saja gerakan anti kekerasan atau anti labelisasi. Namun di sisi lain, hal yang sering terlupakan adalah bahwa gerakan-gerakan tersebut muncul dari pengalaman-pengalaman manusia baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Gerakan-gerakan tersebut dibutuhkan dunia untuk tetap mengingatkan kita bahwa eksistensi manusia beragam dan dengan keragaman tersebut maka kompleksitas manusia dapat terselesaikan dengan spesifikasinya masing-masing. Manusia dapat menjadi manusia karena jiwanya, namun ia dapat mengenali dirinya dan dikenal oleh orang di luar dirinya melalui eksistensinya.
- Penulis ini tidak memiliki artikel lain.