fbpx

Mengapa Harus Membaca Kant

Kebenaran harus disampaikan untuk mendapatkan kebahagiaan, apapun materi yang diberikan, baik yang menyakitkan atau menggembirakan.
Metsu's 1664 painting A Man Writing a Letter

Sebagaimana telah digaungkan dalam ruang-ruang publik intelektual, nama Immanuel Kant terdengar begitu elegan dan penting dalam dunia filsafat. Konsep filsafat moralnya memberi banyak kemungkinan untuk kritik dan pembahasan. J.B. Schneewind, seorang profesor filsafat di New York mengemukakan beberapa alasan mengapa harus mempelajari filsafat moral melalui pemikiran Kant.

Schneewind menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa karya Kant menjadi teks yang penting bagi para pelajar politik, hukum, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya. Yang pertama, Kant merupakan filosof modern yang memaparkan cara baru dalam memahami filsafat moral. Hal ini bergantung pada sejarah pemikiran barat yang hadir dan lama diterima oleh masyarakat Barat di era sebelum Kant berhasil merumuskan metafisika moral. Tesis utama Kant ialah bahwa manusia merupakan makhluk moral, dan oleh sebab itu Kant percaya bahwa melalui berbagai pengamatan empiris maka pendasaran moral dapat dijelaskan secara rasional. Kant mengemukakan salah satu cara terbaik untuk menganalisis proposisi moralitas manusia melalui pengamatan atas detail formula yang menyusun moralitas.

Alasan kedua ialah karena Kant telah menuliskan magnum opus-nya yang berjudul The Groundwork of Metaphysics of Moral, Critique of Practical Reason, serta Critique of Pure Reason yang merupakan karya filsafat metafisika moral terbesar di zaman modern. Di dalam ketiga buku tersebut, Kant memaparkan berbagai kriteria filsafat moral dan bagaimana moralitas dapat diketahui oleh manusia melalui rasionya. Karya-karya di atas menjadi rujukan karya-karya besar dari berbagai filosof dan peneliti di bidang ilmu lainnya.

 Alasa ketiga dari Schneewind ialah bahwa karya Kant merupakan karya revolusioner pada zamannya. Kant berusaha mengubah konsepsi moral yang hadir selama masanya, dan juga pada masa sebelumnya. Demikian pula, Kant memberi pengertian tegas mengenai bagaimana rasio manusia bekerja, utamanya dalam pilihan moral. Moralitas dalam filsafat Kant telah jauh dari unsur-unsur teologis dan dogmatis.

Memahami karya Kant, pembaca sekaligus pula memahami pemikiran yang melatarbelakangi motivasinya menulis. Terdapat dua langkah untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan di awal. Yang pertama adalah bahwa pembaca terlebih dahulu harus memahami sejarah pengenalan atau kognisi filsafat moral pada zaman Kant, yang terbentang semenjak Paulus rasul hingga para intelektualis. Kant menambah dan mengkritisi ide-ide yang terbentang sebelumnya mengenai revolusi kognisi filsafat moral. Langkah kedua adalah bahwa pembaca harus memahami betapa pentingnya pemikiran moral Kant terhadap peradaban modern, yang kemudian dikembangkan dan dikritisi pula dalam abad kontemporer ini.

Memahami sejarah revolusioner dari pemikiran Kant merupakan hal yang penting karena ide-ide otentiknya menggugah rasionalitas abad pertengahan dan modern yang kerap terinfiltrasi oleh dogma-dogma yang berlaku pada masanya. Kristianitas awal mengajarkan bahwa sesuatu yang baik harus atau mendesak untuk dilakukan, dan jika tidak maka manusia dianggap melanggar atau mengingkari apa yang telah disediakan Tuhan untuk manusia. Pelanggaran akan dilihat sebagai dosa dan dosa selanjutnya akan menjauhkan manusia dengan Tuhan, hingga manusia kemudian merasakan kesedihan dan jauh dari kebahagiaan.

Selanjutnya filsafat Yunani kuno melihat kebaikan sebagai bentuk utama dari keutamaan dan hal ini merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebahagiaan. Thomas Aquinas di abad pertengahan kemudian menekankan rasionalitas sebagai alat bagi manusia menuju kebahagiaan yang tunggal. Melalui rasionalitas, manusia mampu menaati hakikat alamiahnya dan perilaku ini akan mendekatkan manusia dengan penciptanya. Rasionalitas yang diciptakan Tuhan bagi manusia merupakan perangkat yang disediakan supaya manusia bahagia.

Don Scotus dan William Ockham menyepakati secara tidak langsung mengenai hukum ciptaan Tuhan yang hadir dalam kehidupan manusia. Hukum ini mengandung kebaikan dan keburukan yang akan muncul sesuai dengan pilihan yang diambil oleh manusia. Perkembangan mengenai teori kebahagiaan dan hubungannya dengan kebaikan dilanjutkan serta dikembangkan pula oleh Martin Luther, David Hume, dan para intelektualis. Melalui serangkaian sejarah pemikiran ini Kant berusaha merumuskan ide baru mengenai kebaikan  moral yang baginya, merupakan potensi  otonom dalam diri manusia. Bagi Kant moralitas merupakan potensi yang akan muncul melalui pilihan dan aksi manusia, moralitas juga mewujud dalam kegiatan manusia, sebagai bentuk dari kehendak yang rasional.

Kant tidak pernah menolak konsep kebahagiaan namun ia mengkritisi kebahagiaan a la Stoa yang menekankan kebahagiaan bagi diri sendiri. Kant berpendapat bahwa moral berfungsi untuk menetapkan batasan yang kemudian dapat memunculkan kebahagiaan bagi tiap manusia. Ia mengajukan ide bahwa manusia tidak dapat menerima moralitas yang mengacu pada kebaikan pribadi semata. Kabaikan macam ini tidak akan memunculkan kebaikan lain. Bagi Kant, kesenangan dan kesakitan hanya dapat dimungkinkan dengan adanya batasan-batasan hukum moral yang relevan.

Schneewind berpendapat bahwa teori Kant merupakan teori yang sangat inovatif dan masih relevan hingga hari ini. Idenya mengenai agen otonomi merupakan konsepsi baru yang dapat menjelaskan bagaimana kebebasan dan hakikat aksi manusia bergerak.

Pertanyaan terakhir mengenai pentingnya membaca Kant adalah bahwa ide Kant telah menjadi alternatif dari etika utilitarianisme. Ide Kant menjelaskan bahwa kebenaran harus disampaikan untuk mendapatkan kebahagiaan, apapun materi yang diberikan, baik yang menyakitkan atau menggembirakan. Bagi Kant, manusia harus tetap menyatakan kebenaran, menetapi janji, dan terus jujur. Kedua aliran ini, baik utilitarianisme dan Kantianisme mengajukan kritik dan argumentasi melawan kepercayaan moral. Namun Kant menekankan bahwa terdapat ‘prioritas yang benar pada hal yang baik’ dan bukan terhadap fungsi atau hasilnya. John Rawl selanjutnya melanjutkan ide Kant ini dalam intrepretasi yang baru misalnya mengenai permasalahan kelaparan di dunia. Melalui usaha Rawls, dapat kita lihat bahwa filsafat moral Kant mempengaruhi banyak pemikiran kontemporer yang masih relevan dan vital hingga hari ini.

One Response

Berikan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Skip to content