The Groundwork
Buku The Groundwork of Metaphysics of Moral karya Immanuel Kant yang diciptakan pada tahun 1783 – 1785 merupakan buku yang sangat berpengaruh pada sejarah filsafat etika. Naskah ini telah dirujuk dan dikembangkan, kerap kali menjadi landasan teori dan juga bahan kritik bagi berbagai mazhab dan aliran filsafat seperti kaum idealis dan romantisme Jerman; mazhab utilitarian Inggris; dan tentu, para Neo-Kantian. Buku ini mencantumkan ide otentik dan mendalam dari Kant mengenai etika. Sebab itu, beberapa naskah Kant lain seperti Critique of Practical Reason dan What is Enlightenment? disusun untuk menjelaskan landasan-landasan ide yang dijelaskan sebelumnya dalam The Groundwork.
The Groundwork bukan karya perdana Kant mengenai filsafat moral. Sebelumnya, pada tahun 1768 Kant telah mengkonsepsi idenya atas metafisika moral terutama mengenai kekurangan, prereferensi, dan indikasi pemilihan moralitas. Menurut Allen Wood, hal ini merupakan persiapan awal dalam pendasaran Kant atas metafisika moral. Menurut surat-surat sahabat Kant, J.G. Hamann, Kant memulai pendalaman mengenai filsafat moral semenjak ia berusaha membuktikan sebuah anti-kritik atas tulisan Christian Grave untuk on Duties karya Cicero.
Bagi Kant The Groundwork merupakan kesatuan catatan atas landasan teorinya mengenai filsafat moral yang paling mendasar. Namun ia merasa bahwa terdapat kesulitan bagi khalayak untuk menerima idenya dalam penjelasan yang sangat abstrak. Tiga tahun selepas terbitan pertama The Groundwork, Kant menulis Critique of Practical Reason sebagai usaha penguraian kembali pengertian moral dalam kerangka filsafat yang sebelumnya telah dijelaskan dalam The Groundwork.
Buku-buku selanjutnya juga dituliskan dengan tujuan menjawab kritik yang dilontarkan oleh para pembaca The Groundwork. Karya-karya Kant selanjutnya diperuntukkan sebagai penjelasan mengenai bagaimana filsafat moral teraplikasikan dalam politik, sejarah, hubungan internasional, pendidikan, dan agama. Pada tahun 1798 naskah-naskah ini terkumpul dan disebut para pembaca Kant sebagai Metaphysics of Morals.
Kant membagi penjabaran The Groundwork dalam tiga bagian. Pertama adalah transisi dari kognisi nalar moralitas pada umumnya menuju kognisi filsafat moral. Kedua adalah transisi dari filsafat moral populer menuju metafisika moral, dan ketiga adalah tahap akhir dari metafisika moral menuju kritik atas akal budi murni. Ketiga langkah ini disusun Kant sebagai metode yang cocok untuk menganalisis pengetahuan umum atas moralitas. Melalui pengetahuan atas pemahaman umum tersebut, Kant dan pembaca bersama-sama dapat membedakan serta membatasi pengertian melalui prinsip utama dalam filsafat moral.
Para Kantian memiliki perbedaan pendapat dalam memahami The Groundwork. Sebagian melihat The Groundwork sebagai karya yang belum lengkap dan dapat dilengkapi oleh karya-karya Kant lainnya. Sedangkan sebagian lain berpendapat bahwa The Groundwork memiliki perbedaan dengan karya-karya Kant berikutnya. Keutamaan The Groundwork bagi kelompok yang kedua ini ialah bahwa buku ini melahirkan ide esensial seperti kodrat motivasi moral, hubungan antara nalar dan perasaan, serta kodrat dari dorongan untuk bebas. Namun terdapat satu kesepemahaman di antara para Kantian bahwa The Groundwork merupakan karya yang perlu dipelajari untuk memulai usaha memahami pemikiran Kant.
Mencari Jejak Metafisika Moral
Dalam The Groundwork, Kant terlebih dulu menjelaskan pembagian ilmu dalam tradisi filsafat Yunani kuno yang digunakan secara umum pada zamannya, ialah fisika, etika, dan logika. Ketiganya tidak dapat dikurangi atau ditambah, namun hanya dapat dikembangkan atau dijelaskan berdasar divisi, definisi, atau prinsip-prinsipnya.
Kognisi rasional merupakan materi yang terarah kepada objek tertentu, atau formalnya. Filsafat yang berusaha menuntaskan perkara formal disebut juga sebagai logika. Logika merupakan kanon atau tata yang ketat untuk mengerti dan menalar permasalahan sebagai objek yang valid untuk dipikirkan.
Namun terdapat filsafat material yang membahas dua hukum dasar, ialah hukum yang menjabarkan dan membatasi pengetahuan atas objek, serta hukum yang mana mereka menjadi yang-tersubjekkan. Hukum yang pertama berurusan dengan natura yang selanjutnya disebut sebagai fisika atau doctrine of nature, dan hukum yang kedua disebut sebagai etika atau doctrine of morals. Fisika dan etika memiliki unsur materinya masing-masing, di mana fisika harus mampu merumuskan hukum yang sedang terjadi dalam sebuah natura berdasarkan pengalaman, sedangkan etika harus memberi batasan hukum atas kehendak manusia sejauh ia dipengaruhi oleh natura.
Ketiganya menurut Kant dapat disebut sebagai filsafat, yang selanjutnya terbagi lagi berdasar cara ilmu-ilmu tersebut diketahui. Secara langsung, terdapat materi filsafat yang dapat diinderai, yang selanjutnya disebut emprisme. Namun ada juga filsafat yang diketahui secara a priori, yang kemudian disebut sebagai filsafat murni. Usaha-usaha untuk mencari kebenaran formal keduanya disebut sebagai logika. Di antara ketiganya lahir filsafat yang berusaha menentukan batasan sebuah objek, maka disebut sebagai metafisika.
Mengenal Metafisika
Dalam era Kant dikenal dua cara manusia untuk metafisika, ialah metafisika natura dan metafisika moral. Dalam The Groundwork Kant memberi perumpamaan mengenai para pengrajin.
Pada masa lampau, manusia berusaha untuk menciptakan berbagai alat yang dapat mempermudah kehidupannya. Namun pengalaman, waktu, dan kebutuhan tidak berjalan beriringan sehingga manusia tidak dapat menghasilkan berbagai hal secara sempurna. Akhirnya tiap orang harus menekankan satu pekerjaan yang paling ia kuasai agar mendapat hasil yang maksimal dari kesatuan pengalaman dan waktu yang ia miliki. Alat tanam akan dibuat oleh tukang kayu, sementara senjata akan dibuat oleh tukang besi. Demikian terjadi pada bangunan rumah, tembikar, pakaian, ternak, dan sebagainya. Dari proses ini lahirlah spesifikasi kerja dan profesionalitas. Namun beberapa pengrajin tidak menerima spesifikasi kerja karena bagi mereka, hasil kerja yang baik adalah yang dikerjakan dengan totalitas, kehati-hatian, dan perhitungan yang presisi. Kaum pengrajin yang menganggap keahlian multitasking adalah yang terbaik disebut Kant sebagai jack of all trade.
Kembali pada era Kant, terdapat dua golongan intelektual yang mengambil jalan berbeda dalam memahami metafisika. Yang pertama adalah para Independent Thinkers. Mereka berusaha melahirkan kebenaran melalui kesatuan empiris dan rasional di saat yang sama. Independent Thinkers ini menyerupai para pengrajin yang tidak menyepakati lahirnya spesifikasi kerja. Yang kedua ialah para Quibler yang menggunakan rasionalisme sebagai penentu kebenaran. Menurut mereka, kebenaran hanya akan lahir dalam rasio manusia. Dalam perumpamaan Kant, para Quibler adalah para pengrajin yang setuju dengan lahirnya spesifikasi kerja. Menanggapi hadirnya Independent Thinkers dan Quiblers, Kant terdorong untuk menjawab seberapa besar pengaruh keberadaan akal budi murni dalam menentukan kebenaran dua kelompok di atas.Kant selanjutnya membatasi pengertian filsafat moral mengenai apa yang menjadi pengalaman empiris atau antropologi. Semua orang mengamini hukum sebagai aturan yang memiliki manfaat absolut. Hal ini terjadi misalnya pada larangan agama atau aturan pemerintah. Bagi Kant semua hukum natura memiliki kemurnian rasional sehingga hal inilah yang perlu digali. Metafisika moral diperlukan untuk menyelelidiki sumber rasional dari motif-motif spekulasinya serta mengetahui landasan a priori yang hadir dalam penalaran manusia. Bagi Kant, tidak ada landasan lain bagi metafisika moral selain praktik akal budi murni, sama seperti metafisika dilandasi oleh kritik atas nalar spekulatif murni. The Groundwork merupakan pencarian Kant atas jawaban dan pengembangan prinsip-prinsip moralitas yang selama ini telah dilaksanakan berdasarkan tujuannya semata.
satu Respon