Memahami Peran Nature dan Nurture dalam Kehidupan

Nature vs Nurture
A Girl karya Morgan Weistling

Pemimpin itu dibentuk atau dilahirkan? Itulah salah satu pertanyaan yang masih sering didiskusikan hingga saat ini. Pertanyaan ini cukup menarik karena mencoba memahami latar belakang seseorang hingga bisa menjadi seorang pemimpin. Diskusi dan perdebatan sering dilakukan, namun kesimpulannya selalu mengarah ke gagasan tengah di antara keduanya. Hal itu dikarenakan pemahaman tersebut pada akhirnya merujuk pada dua hal yang oleh banyak ilmuwan disebut sebagai prediktor keberhasilan hidup, yaitu Nature dan Nurture.

Setiap insan memiliki potensinya masing-masing sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Potensi tersebut, selain menjadi keunikan tersendiri, juga menjadi pembeda antar individu satu dengan individu lainnya. Upaya untuk memaksimalkan potensi tersebut tidak lepas dari beberapa faktor yang senantiasa hadir dalam hidup manusia, seperti faktor eksternal yang berupa interaksi dengan lingkungan sekitar serta faktor internal berupa kecerdasan dan kemampuan yang dimilikinya.

Sebagian ilmuwan beranggapan bahwa keberhasilan dalam hidup ditentukan oleh faktor bawaan yang sifatnya turun-temurun antar generasi (Nature). Sebagian yang lain beranggapan bahwa pencapaian dalam hidup tidak hanya semata-mata ditentukan oleh warisan biologis, tetapi juga turut dipengaruhi oleh apa yang diterima dari lingkungan sekitar (Nurture).

Nature secara harafiah dikenali sebagai alam, namun sebagai konsep Nature merupakan suatu konsep yang menjelaskan keberhasilan seseorang ditentukan oleh faktor bawaan yang ada dalam dirinya, seperti kecerdasan, kemampuan dan karakteristik. Faktor tersebut diperoleh secara turun-temurun antar generasi. Teori ini menjelaskan kuatnya pengaruh faktor genetik terhadap variabel penentu kesuksesan seseorang seperti kecerdasan. Salah satu ilmuwan yang mempelajari dan mengamini konsep ini adalah Sir Francis Galton, seorang matematikawan Inggris abad ke-19. Ia melakukan penelitian untuk memahami bagaimana faktor keturunan memengaruhi kemampuan, karakter, dan kecerdasan seseorang. Galton menelusuri nenek moyang dari berbagai orang terkemuka dan menemukan bahwa kebesaran mengalir dalam keluarga. Akhirnya, dia menyimpulkan bahwa kecerdasan atau keunggulan adalah sifat yang turun-temurun. Ia mendorong pernikahan yang “baik” untuk memasok dunia dengan keturunan yang berbakat. Pemahaman seperti ini mirip dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Nietzsche, dimana ia mengemukakan gagasan tentang ubermensch atau manusia super, yakni manusia yang bebas dan berani atas kehendak dirinya sendiri. Nietzsche menekankan pentingnya keturunan yang berkualitas dari tiap generasi. Belakangan, sebagian besar ilmuwan di dunia mengenali kekurangan dari teori Galton. Data yang digunakan Galton hanya didasarkan pada studi biografinya. Menurut sebagian besar ilmuwan, keturunan dan lingkungan seseorang saling berinteraksi untuk memengaruhi kecerdasan. Kecerdasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bawaan seperti genetik, tetapi juga dibentuk dari interaksi yang diperoleh dari lingkungan sekitar.

Dalam dunia olahraga, sudah tidak asing lagi bagi kita ketika mendengar nama Lionel Messi, seorang megabintang dan peraih berbagai macam penghargaan tertinggi dalam sepakbola. Bagi para penggemar sepakbola, istilah “Messi adalah bakat dan Ronaldo adalah usaha” merupakan ungkapan yang sering terdengar, terutama ketika mencoba membandingkan kehebatan antara keduanya. Namun, apakah memang benar Messi hebat semata-mata hanya karena bakat dan Ronaldo hebat hanya karena usaha dan kerja keras tanpa melibatkan potensi dan bakat sepakbola yang dimilikinya?

Mayoritas fans sepakbola misalnya, cenderung melihat seorang Lionel Messi sangat piawai dalam mengolah si kulit bundar ketika beraksi di lapangan dengan sedikit sekali sentuhan. Ini berbeda dari kebanyakan pemain bola pada umumnya yang membutuhkan effort lebih besar ketika hendak bermain. Itulah yang sering membuat takjub para fans terhadap dirinya. Sekilas, kebanyakan orang beranggapan bahwa Lionel Messi dilahirkan dengan bakat alami yang sudah melekat sejak lahir sehingga kepiawaiannya dalam mengolah si kulit bundar merupakan Nature. Hal ini berbeda dari rivalnya yang terkenal piawai dalam mengolah si kulit bundar karena usaha dan ketekunan yang dilakoninya. Cristiano Ronaldo terkenal dengan usaha dan konsistensinya dalam berlatih dan menjaga pola hidup sebagai seorang atlet hingga mengantarkannya pada berbagai prestasi yang dimiliki. Hal ini menimbulkan suatu anggapan bahwa Lionel Messi sukses karena bakat yang dimilikinya sejak lahir, sedangkan Ronaldo sukses karena usaha dan kerja keras yang ditekuninya. Namun, apakah benar sepenuhnya seperti itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, alangkah lebih baiknya kita memahami terlebih dahulu konsep lainnya yang juga berperan sebagai penentu keberhasilan seseorang, yakni Nurture.

Berbeda dengan Nature yang menjelaskan pencapaian berdasarkan faktor bawaan yang sifatnya permanen, Nurture adalah kebalikannya. Teori ini menjelaskan bahwa situasi dan kondisi hidup seseorang bisa berkembang dan berubah-ubah, termasuk pencapaian dan keberhasilannya. Hal itu bergantung dari usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Keberhasilan seseorang dalam hidup bergantung pada usaha, kerja keras, serta diimbangi dengan cara tepat yang dilakoninya.

Secara bahasa, Nurture artinya adalah lingkungan. Sebagai teori, Nurture mencoba menerangkan bahwa sesuatu yang dicita-citakan manusia bisa diraih dengan segenap usaha dan kerja keras yang dilakukan. Usaha dan kerja keras itu berkaitan erat dengan lingkungan di mana dia tinggal. Lingkungan merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam menentukan sejauh mana usaha dan kerja keras mempermudah tercapainya suatu tujuan atau cita-cita. Jika lingkungan di mana dia tinggal mendukung tujuan dan cita-citanya, maka kemungkinan usaha yang dilakukan akan bisa sejalan dengan dukungan dan kemudahan yang ia terima. Tak jarang, ketika seseorang sudah berusaha dengan maksimal dan dengan cara yang tepat, peluang tercapainya impian akan jauh lebih mudah. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang tokoh terkemuka Mahatma Gandhi, “Manusia merupakan produk dari pemikirannya sendiri, apa yang dia pikirkan akan menjadi seperti itulah dirinya.” Pikiran merupakan salah satu aspek yang paling mudah dipengaruhi dan dibentuk melalui interaksi lingkungan sekitar. Ada juga istilah yang mengatakan, “Bergaulah dengan penjual minyak wangi maka baumu akan menjadi wangi, dan bergaulah dengan pandai besi maka baumu akan menjadi bau besi.” Itu menunjukkan bahwa lingkungan juga turut menentukan dan memengaruhi tiap aspek yang berperan dalam keberhasilan seseorang.

Dalam konsep Nurture, seseorang yang bukan berasal dari keluarga yang berprivilege bisa meraih cita-cita yang diharapkan melalui usaha dan proses yang dilalui. Teori ini menjelaskan bahwa bakat bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan atau keberhasilan dalam hidup. Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu lingkungan.

Itulah mengapa, walaupun tidak memiliki bakat yang luar biasa seperti Messi, Cristiano Ronaldo tetap dapat menjadi seorang megabintang dan rival abadinya dalam sepak bola. Baik bakat maupun usaha, keduanya sama-sama penting. Bayangkan seseorang yang terlahir dengan bakat luar biasa dalam suatu bidang, katakanlah seni. Namun, ia tinggal di lingkungan yang tidak memberikan kesempatan kepadanya agar bisa mengasah dan mengembangkan potensinya itu. Ia tinggal di lingkungan keluarga yang setiap harinya disibukkan dengan permasalahan internal keluarga hingga berpengaruh terhadap kesehatan anak tersebut. Apakah anak tersebut tetap bisa memaksimalkan potensinya itu? Apakah anak tersebut bisa meraih suatu pencapaian layaknya anak-anak lain yang lahir dengan bakat bawaan dan didukung lingkungan yang tepat? Kemungkinan tidak. Itulah mengapa peran “Nurture” juga sama-sama penting dalam kehidupan.

Begitu juga dengan seorang Messi, andaikata dia terlahir di lingkungan yang tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk bisa bermain bola sejak dini, apakah kita masih bisa melihat seorang Lionel Messi yang sekarang ini? Kemungkinan tidak. Dengan melihat pentingnya kedua konsep ini, kita bisa memahami bahwa Nature dan Nurture merupakan aspek yang saling melengkapi dalam kehidupan. Perpaduan dan keselarasan yang tepat antara keduanya akan menciptakan peluang yang lebih besar terhadap pencapaian dalam kehidupan.

Reza Athabi Zayeed

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Berikan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.